Jalur Tertutup Kayu Gelondongan, Ratusan Jukung Terpaksa Parkir di Tengah Laut

Ratusan perahu nelayan di Tanjung Setia di parkirkan di tengah laut akibat banyaknya tumpukan kayu gelondongan di pinggir pantai. foto dok--

PESISIR SELATAN - Aktivitas ratusan nelayan di Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat (Pesbar), masih tersendat akibat hambatan fisik yang tak kunjung terselesaikan di bibir pantai. Sejak lebih dari satu bulan terakhir, tumpukan batang kayu gelondongan dari sebuah kapal tongkang yang terdampar menutup jalur pendaratan, memaksa ratusan jukung milik nelayan dari Pekon Tanjung Setia, Biha, Pagar Dalam, hingga wilayah pesisir lainnya untuk ditambatkan di tengah laut.

Kondisi itu bukan hanya menyulitkan proses pendaratan, tapi juga mengganggu kelancaran seluruh siklus kerja nelayan yang selama ini bergantung penuh pada akses laut. Lahan pendaratan yang umumnya menjadi ruang aman bagi nelayan kini berubah menjadi kawasan berisiko tinggi. Tumpukan kayu berukuran besar menutup total jalur keluar-masuk jukung, sehingga para nelayan tidak dapat membawa perahu mereka mendekati bibir pantai.

Plt. Kepala Dinas Perikanan Pesbar, Armen Qodar, S.P., M.M., mengatakan kondisi tersebut bukan sekadar gangguan teknis, tapi telah berubah menjadi persoalan keselamatan dan risiko serius bagi nelayan. Ia menjelaskan bahwa dalam situasi seperti ini, ancaman terbesar justru datang dari ketidakmampuan nelayan menjaga stabilitas jukung yang terombang-ambing oleh gelombang di tengah laut.

“Ada sekitar dua ratusan nelayan terdampak. Mereka menambatkan jukung di tengah laut karena jalur masuk ke bibir pantai tertutup tumpukan batang kayu. Kalau dipaksakan, perahu bisa rusak parah,” katanya.

Dijelaskannya, para nelayan sudah kehilangan ruang aman untuk sekadar memarkir atau menarik perahu, sehingga pilihan satu-satunya adalah menambatkannya di tengah laut pada titik yang dianggap relatif lebih stabil. Namun, posisi tersebut tetap menyimpan risiko. Jukung yang dibiarkan jauh dari pantai lebih mudah terpengaruh oleh perubahan cuaca, arah angin, serta kekuatan gelombang.

“Risiko keselamatan menjadi perhatian paling serius ketika nelayan harus menjaga perahu mereka yang berada jauh dari pantai,” jelasnya.

Di sisi lain, dampak ekonomi dari kondisi tersebut turut menjadi sorotan. Aktivitas penangkapan ikan yang biasanya berlangsung rutin kini terhambat mulai dari persiapan alat hingga proses keberangkatan. Nelayan harus menghabiskan lebih banyak waktu dan tenaga hanya untuk mencapai jukung mereka yang terombang-ambing di tengah laut, dan sebagian memilih membatasi jumlah perjalanan melaut demi mengurangi risiko.

“Ini berdampak langsung pada pendapatan harian mereka. Para nelayan memang menggantungkan penghasilan dari aktivitas laut. Jika jukung tertahan di tengah laut, mereka tidak punya opsi lain,” pungkasnya. (yayan/*) 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan