BALIKBUKIT - Kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) di Kabupaten Lampung Barat masih terbilang rendah sehingga tidak masuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB), meski wilayah menjadi salah satu wilayah yang terdampak El-Nino beberapa bulan lalu.
Sekretaris Dinas Kesekatan (Dinkes) Lampung Barat Cahyani Susilawati mengatakan, masyarakat yang terjangkit ISPA di Lampung Barat pada periode Januari-Oktober 2023 hanya sekitar 1.646 orang. Jumlah tersebut jika dibandingkan jumlah penduduk Lampung Barat yakni 300 ribu jiwa lebih, persentase kasus ISPA di sini tidak sampai satu persen.
“Data tahun 2023 ini juga global. Karena ISPA ini merupakan penyakit yang bukan potensi kejadian luar biasa (KLB) atau ada potensi kematian. Hitungan kasus ISPA di Lampung Barat tahun itu juga tidak dihitung berapa per bulannya dan berapa tiap tahunnya,” ujarnya.
Menurutnya, kasus ISPA di Lampung Barat tidak terlalu urgent. Pihaknya hanya melakukan monitor saja dan menghitung kasus secara global. ”Ketika itu tidak masalah, kita hanya memonitar saja. Kecuali itu penyakit yang berbahaya baru akan kita data terus bahkan setiap minggu ada laporan,” tuturnya.
Hal itu juga bisa dilihat dari jumlah kasus ISPA di Lampung Barat yang jumlahnya hanya sebanyak 1.646 kasus di tahun 2023 ini. Sedangkan jumlah penyakit dalam daftar 10 penyakit terbesar itu paling kecil jumlahnya bisa mencapai 4.800 kasus.
”ISPA merupakan penyakit yang berasal dari virus dan umumnya memengaruhi hidung, tenggorokan, dan saluran udara. Penyakit ISPA biasanya mulai menyerang masyarakat pada musim kemarau tiba dengan kondisi udara yang berdebu,” kata dia.
“Karena saat ini yang banyak laporan kasus ISPA hanya di Lumbok Seminung dan Gedung Surian karena lumayan banyak debu. Namun kasusnya tidak signifikan,” sambungnya.
Kemudian, lanjut dia, gejala awal pasien atau masyarakat bisa terkena ISPA itu lebih ke tenggorokan gatal dan batuk. “Itu sudah menjadi ciri khas gejalanya. Kalau seperti demam dan badan kemerahan itu memang tanda-tanda infeksi. Infeksi apapun bukan hanya ISPA,” sebutnya.
Untuk di Lampung Barat, usia pasien yang terkena ISPA tidak bisa diklasifikasikan karena semua masyarakat bisa terjangkit dan tidak ada usia yang dominan. ”Kalau ISPA pada anak kecil atau bayi memang yang biasa terjadi. Yang dikhawatirkan itu jika terjadi pada bayi 0-6 bulan, itu biasanya ada indikasi pnemonia,” imbuhnya. (nopri/lusiana)