Cek Fakta atau Mitos, Wanita Berbulu Lebat Miliki Gairah Tinggi di Ranjang

Sabtu 05 Oct 2024 - 16:34 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co - Sebagian besar orang berkeyakinan jika wanita berbulu lebat di bagian wajah maupun tubuhnya merupakan tanda bahwa ia memiliki gairah seksual atau libido tinggi. 

Tak ayal jika ada wanita yang memiliki rambut tebal, seperti kumis tipis maupun rambut di tangan serta kaki, dianggap sebagai wanita hiperseksual.

Apa benar demikian? 

Wanita berbulu lebat pada dunia medis itu dikenal dengan istilah hirsutisme, hirsutisme merupakan suatu kondisi tumbuhnya rambut di bagian wajah serta tubuh tertentu seorang wanita. 

Wanita mengalami hirsutisme bisa mengalami pertumbuhan rambut pada bagian tubuh lainnya, seperti di atas bibir, dagu, tangan kemudian kaki, perut, dada, serta punggung. 

Dibeberapa kasus penyebab wanita berbulu lebat memang tidak dapat diketahui. Namun ada beberapa kondisi menyebabkan wanita berbulu lebat, yakni faktor genetik maupun keturunan, Peningkatan hormon testosteron (androgen), konsumsi obat-obatan, serta kondisi kesehatan lainnya yang seringkali dikaitkan dengan gairah seksual yang tinggi. 

Sejumlah penelitian terbaru juga menyebutkan jika hormon testosteron sama sekali tidak berhubungan peningkatan gairah seksual, bahkan pada pria dengan kondisi sehat sekalipun. 

Sehingga artinya  anggapan wanita berbulu lebat memiliki libido tinggi tidak sepenuhnya benar. Pernyataan itu diperkuat oleh studi yang hasilnya dipublikasikan dalam sebuah jurnal Archives of Sexual Behavior. 

Para peneliti melaporkan jika wanita sehat dengan kadar testosteron tinggi hanya mempunyai gairah seksual lebih tinggi untuk masturbasi, serta bukan melakukan hubungan seks pada pasangannya. 

Kendati begitu, hasil studi masih memerlukan penelitian lebih lanjut sehingga tak bisa dijadikan sebagai dasar sains yang mutlak.

Sebab menurut seorang ahli neuroendokrinologi dari University of Michigan sebagian besar studi mengenai hasrat serta hormon seksual menggunakan subjek hewan sebagai uji coba, kemudian partisipan berasal dari orang-orang dengan tingkat hormon testosteron rendah maupun tinggi yang sengaja datang ke rumah sakit guna mendapatkan pengobatan. (*)

Kategori :