Radarlambar.bacakoran.co - Harga emas melandai setelah menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa. Emas melandai sejalan dengan penguatan indeks dolar Amerika Serikat (AS) juga imbal hasil Treasury AS.
Pada perdagangan Senin 21/10/2024, kemarin, harga emas di pasar spot ditutup melemah dengan 0,02%% di level US$ 2.719,33 per troy ons. Pada Sebelum ditutup dengan lebih rendah, harga emas sempat sampai level tertinggi di perdagangan intraday di level US$2.740,37.
Pelemahan itu memutus pesta emas yang sudah terbang empat hari beruntun dengan penguatan bahkan mencapai 2,6%.
Sampai pukul 05.27 WIB Selasa (22/10/2024), harga emas di pasar spot bergerak menguat sampai 0,02% di posisi US$ 2.719,88 per troy ons.
Harga emas tersebut berhenti sejenak setelah melonjak ke rekor tertinggi, hal itu karena menguatnya imbal hasil Treasury Amerika Serikat (AS) serta kenaikan dolar mengimbangi dukungan meningkatnya ketidakpastian seputar pemilihan presiden AS serta terjadinya perang di Timur Tengah.
Imbal hasil Treasury AS melonjak 0,31% di level 4,2%, naik ke level tertinggi dalam 12 minggu. Begitu juga dengan indeks dolar AS yang naik 0,45% di level 103,96.
Kenaikan tersebut mendorong imbal hasil investasi emas menjadi kurang menarik.
"Imbal hasil dari 10 tahun bergerak jauh lebih tinggi, indeks pada dolar menguat.hal tersebut memberi beban pada emas," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, dikutip dari Reuters.
Penguatan dolar AS serta imbal hasil US Treasury berdampak negatif dengan emas. Pembelian emas dikonversi ke dolar maka kenaikan dolar AS membuat emas menjadi semakin mahal untuk dibeli sehingga mengurangi pembeliannya.
Emas tidak menawarkan imbal hasil maka kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang diminati.
Emas batangan, yang dianggap sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian politik dan ekonomi, telah naik lebih dari 32% sepanjang tahun ini, memecahkan beberapa rekor tertinggi karena pemangkasan suku bunga The Federal Reserve tersebut dikombinasikan pada permintaan safe haven yang menciptakan badai sempurna intuk emas.
"Kita semakin dekat dengan pemilihan umum AS, beberapa minggu lagi kita melihat geopolitik terjadi di Timur Tengah, Israel, Iran, apa pun yang terjadi di balik layar," ujar Pavilonis.
Dengan akan diadakannya pemilihan presiden AS yang hanya tinggal dua minggu lagi, mantan Presiden Donald Trump serta Wakil Presiden Kamala Harris terjebak pada pertempuran sengit agar memenangkan beberapa negara di bagian yang lebih kompetitif.
"Kami memperkirakan emas akan mencapai US$2.900 per troy ons dalam 12 bulan ke depan, didukung oleh pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Fed," menurut analis UBS Giovanni Staunovo.
Menurut Fedwatch, para pelaku pasar kini melihat peluang 85% pemangkasan suku bunga seperempat basis poin oleh The Fed pada bulan November mendatang.(*)