Radarlambar.bacakoran.co - Sebelum melarikan diri ke Mesir, Bassem Abu Aoun memiliki dua restoran di Gaza. Kini, ia membuka restoran baru di kawasan Kota Nasr, Kairo Timur, yang diberi nama Hay al-Rimal. Restoran ini menyajikan hidangan khas Gaza, seperti shawarma kalkun, yang menjadi favorit di kalangan pengungsi Palestina yang menetap di Mesir. Nama restoran ini diambil dari nama kawasan tempat tinggalnya di Gaza yang kini hancur akibat serangan Israel.
Bagi Abu Aoun, memulai usaha di tengah ketidakpastian adalah sebuah tantangan besar. "Ini seperti perjudian," ujarnya. "Dengan tabungan yang saya miliki, saya bisa bertahan hidup setahun, atau memilih membuka usaha dan menyerahkan sisanya pada takdir." Namun, setelah tiba di Mesir bersama keluarganya, ia memutuskan untuk memulai kehidupan baru dengan membuka usaha kecil.
"Gaza Kecil" dan Proses Beradaptasi di Kairo
Restoran Abu Aoun hanyalah salah satu dari banyak usaha yang dibuka oleh para pengusaha Palestina yang baru tiba di Kairo. Banyak dari mereka membuka usaha kuliner khas Palestina, seperti falafel dan shawarma, untuk menawarkan rasa nostalgia bagi sesama pengungsi yang jauh dari rumah. Meski mereka hanya diberikan izin tinggal sementara oleh pemerintah Mesir, para pengungsi ini berusaha membangun kembali kehidupan mereka di Kairo.
Abu Aoun menyadari bahwa perjalanannya belum berakhir. Meski perang di Gaza berhenti sekarang juga dirinya tahu butuh dua atau tiga tahun untuk mengembalikan hidup ke seperti semula.
Di restoran Abu Aoun, sebagian besar pelanggan adalah sesama pengungsi dari Gaza yang berbicara dalam dialek khas Gaza. Bagi mereka, restoran ini bukan hanya tempat makan, tetapi juga tempat untuk berkumpul, berbagi cerita, dan mengenang kampung halaman yang telah hancur.
Mural di Dinding Restoran dan Beban yang Terus Terbawa
Di dinding restoran Abu Aoun, terdapat mural yang menggambarkan bendera Mesir dan Palestina, yang melambangkan hubungan erat kedua negara serta harapan akan masa depan yang lebih baik. "Saya punya tanggung jawab besar terhadap keluarga saya, terutama anak-anak saya yang sedang kuliah," ujar Abu Aoun, yang sebelumnya kehilangan kedua restorannya di Gaza. "Saya harus terus berjuang demi mereka."
Menurut data yang dirilis oleh pejabat Palestina di Mesir, lebih dari 120.000 warga Palestina telah melarikan diri ke Mesir sejak November 2023. Mereka menyeberang melalui perbatasan Rafah, satu-satunya jalur keluar Gaza yang kini terhalang setelah Israel mengambil kendali penuh atas sisi Palestina pada awal Mei dan menutupnya hingga kini.