Penemuan Baru Tentang Cara Otak Menyegarkan Memori

Senin 02 Dec 2024 - 18:35 WIB
Reporter : Yayan Prantoso
Editor : Mujitahidin

Radarlambar.bacakoran.co - Memori di otak terus beradaptasi dan diperbarui seiring berjalannya waktu, seiring dengan penemuan informasi baru dan pengalaman yang segar. Penelitian terbaru yang dilakukan pada tikus laboratorium mengungkapkan mekanisme otak yang terlibat dalam proses integrasi memori ini.

Dilansir dari MedicineNet, bahwa penemuan ini membuka pemahaman yang lebih dalam mengenai penyakit mental seperti gangguan stres pascatrauma (PTSD), di mana ingatan menyiksa penderitanya. Menurut peneliti senior Denise Cai, seorang profesor madya ilmu saraf di Icahn School of Medicine di Mount Sinai, New York City, penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai bagaimana memori dunia nyata bekerja.

"Memori kita terus diperbarui dan dibentuk ulang dengan pengalaman baru, memungkinkan kita berfungsi sehari-hari di dunia yang dinamis," ujar Cai.

Dalam penelitian tersebut, peneliti melacak perilaku dan aktivitas otak pada hipokampus tikus dewasa saat mereka belajar dan mengintegrasikan pengalaman baru ke dalam ingatan mereka. Hipokampus sendiri merupakan bagian otak yang bertanggungjawab atas memori dan pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah setiap kejadian, otak mengonsolidasikan dan menstabilkan memori dengan memutar ulang pengalaman tersebut.

Setelah pengalaman negatif, otak tidak hanya memutar ulang peristiwa tersebut, tetapi juga mengenang kenangan dari hari-hari sebelumnya, menghubungkan peristiwa terkait dan mengintegrasikannya ke dalam memori. Hal ini berbeda dari pandangan yang sudah lama berkembang, yang menyatakan bahwa memori hanya terbentuk selama proses pembelajaran awal dan tetap stabil dalam jaringan saraf seiring waktu.

Penelitian Cai dan timnya membuktikan bahwa teori tersebut tidak sepenuhnya benar, karena otak dapat menyimpan dan memperbarui memori secara fleksibel dengan informasi baru yang relevan. Kombinasi stabilitas dan fleksibilitas dalam jaringan saraf sangat penting bagi kemampuan kita untuk membuat prediksi, mengambil keputusan, dan berinteraksi dengan dunia yang terus berubah.

Dalam eksperimen tersebut, tikus mengalami pengalaman buruk, seperti menerima sengatan listrik pada kaki mereka. Pengalaman negatif ini memicu aktivasi kembali memori buruk yang ditimbulkan, serta memori dari hari-hari sebelumnya yang tidak mengancam.

Cai menjelaskan, ia mempelajari bahwa ketika tikus beristirahat setelah mengalami pengalaman yang sangat negatif, mereka secara bersamaan mengaktifkan kembali kumpulan saraf dari pengalaman itu dan memori netral masa lalu, sehingga mengintegrasikan dua jenis memori yang berbeda. Fenomena ini disebut sebagai ko-reaktivasi kumpulan, yang berperan dalam membentuk hubungan jangka panjang antara memori-memori di otak.

Menariknya, penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara memori terjadi lebih sering saat tikus terjaga, bukan saat tidur, bertentangan dengan temuan penelitian sebelumnya yang menyarankan tidur lebih bermanfaat untuk ingatan. Penelitian ini juga mengindikasikan bahwa pengalaman buruk lebih sering dikaitkan dengan ingatan masa lalu, dan peristiwa negatif yang lebih intens lebih cenderung mendorong keterkaitan memori retrospektif.(*)

Tags :
Kategori :

Terkait