Radarlambar.Bacakoran.co - Truong My Lan, taipan properti berusia 68 tahun asal Vietnam, baru-baru ini kalah dalam banding terkait hukuman mati yang dijatuhkan kepadanya. Wanita yang dijuluki sebagai "Ratu Properti Vietnam" ini terbukti sebagai otak dari penipuan finansial terbesar dalam sejarah global, yang membuatnya terancam kehilangan nyawanya. Namun, meski terancam mati, Lan masih memiliki satu kesempatan untuk menghindari eksekusi, yakni dengan membayar sebagian besar hasil penipuannya.
Pada bulan April 2024, pengadilan di Kota Ho Chi Minh memutuskan Lan bersalah atas penggelapan dana sebesar lebih dari 12 miliar dolar AS (sekitar Rp 190 triliun), yang setara dengan hampir 3% dari total perekonomian Vietnam. Uang hasil penipuan itu, yang diperoleh dari kegiatan manipulasi bank, merusak kepercayaan investor asing dan mengguncang stabilitas ekonomi negara. Namun, ada secercah harapan bagi Lan. Jika ia mampu melunasi sekitar 75% dari kerugian yang ditimbulkannya, ia bisa menghindari hukuman mati dan hanya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Jumlah yang harus dibayar oleh Lan agar bebas dari hukuman mati sangat fantastis, yaitu sekitar 9 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 142,7 triliun. Meski sangat berat, para hakim menyatakan bahwa jika Lan mampu membayar sejumlah uang tersebut, ia akan terhindar dari hukuman mati.
Lan memulai karier bisnisnya dengan latar belakang keluarga yang sederhana yang di lahirkan tahun 1956 silam, bahkan wanita ini pernah berjualan kosmetik di pasar Ho Chi Minh bersama ibunya. Tapi, pada 1992, ia mendirikan perusahaan properti Van Thinh Phat yang mengantarkannya menjadi seorang taipan dengan kekayaan yang melimpah. Pada tahun 2011, Lan mulai terlibat dalam pengambilalihan Saigon Joint Commercial Bank, yang kelak menjadi titik awal manipulasi finansial besar-besaran.
Puncaknya, pada Oktober 2022, Lan ditangkap setelah penyelidikan terhadap Saigon Commercial Bank yang mengungkapkan praktik penipuan yang dilakukan selama bertahun-tahun. Jaksa mengungkapkan bahwa Lan tidak hanya menguasai 5% saham bank, tetapi juga diduga menguasai hampir 92% saham bank tersebut melalui jaringan perusahaan cangkang yang dimilikinya. Selain itu, ia juga didakwa menyuap pejabat tinggi untuk menutupi jejak penipuannya.
Penipuan ini telah merugikan negara Vietnam hingga 12 miliar dolar AS. Tak hanya itu, Lan juga menghadapi dakwaan pencucian uang dan penggelapan uang lintas batas sebesar 27 miliar dolar AS. Kejahatan-kejahatan ini mengguncang sistem perbankan Vietnam yang sudah rentan.
Selama persidangan, Lan sempat meminta belas kasihan, menyatakan bahwa ia tidak berniat melakukan penipuan dan siap untuk bertanggung jawab. Namun, para hakim menilai bahwa dampak dari tindakannya terlalu besar untuk mengurangi hukumannya. Kejahatan finansial yang dilakukan Lan memperlihatkan betapa rapuhnya sistem keuangan Vietnam, menurut beberapa pakar politik, termasuk Profesor Zachary Abuza dari National War College.
Dengan demikian, masa depan Lan kini tergantung pada kemampuannya untuk memenuhi tuntutan pembayaran yang sangat besar, yang jika tercapai, dapat memberinya peluang untuk menghindari hukuman mati. Sementara itu, persidangan kasus ini terus menarik perhatian publik, yang mengikuti perkembangan setiap proses hukum yang dijalani oleh Ratu Properti Vietnam ini.(*)