Mengenal Kuntau Semende, Seni Beladiri Tradisional

Rabu 22 Jan 2025 - 21:59 WIB
Reporter : Rinto Arius
Editor : Nopriadi

WAYTENONG – Kuntau Semende (Semendo) merupakan seni beladiri tradisional yang berasal dari masyarakat suku Semende di Kecamatan Waytenong, Kabupaten Lampung Barat (Lambar).

Seni ini kerap ditampilkan dalam berbagai acara seperti pernikahan, hajatan, maupun event budaya daerah.

Dalam pertunjukannya, para pendekar Kuntau Semende diiringi oleh alat musik tradisional seperti Terbangan (Adhro), yang mengiringi langkah dan gerakan tarian khas mereka. Atraksi ini tidak hanya menjadi hiburan bagi masyarakat, tetapi juga sering mendapatkan apresiasi berupa saweran dari para penonton.

Sahlan Fikri, salah satu tokoh yang aktif dalam pelestarian Kuntau Semende, mengungkapkan bahwa di Kecamatan Waytenong terdapat sejumlah perguruan kuntau dengan ratusan pendekar, mayoritas berasal dari kalangan generasi muda.

”Hingga kini, beladiri yang merupakan perpaduan antara kungfu dan pencak silat ini masih sering ditampilkan, khususnya di Pekon Sukananti, Kecamatan Way Tenong. Kuntau memiliki berbagai jurus, baik dengan tangan kosong maupun menggunakan senjata tajam seperti Pisau Due (Golok Kembar), Pisau Satu (Golok Satu), Lading Dua, Cabang, dan Tembung (Toya),” jelasnya.

Sementara itu, salah satu guru Kuntau Semende, Hepni, menjelaskan bahwa seni beladiri ini memiliki teknik dasar yang harus dikuasai oleh setiap murid.

”Gerakan dasar dalam kuntau meliputi Langkah Titi Batang dan Selimput. Jika murid sudah menguasai teknik ini, mereka dapat melanjutkan ke jurus-jurus lainnya,” ungkapnya.

Menurutnya, waktu latihan untuk menguasai dasar-dasar Kuntau Semende relatif singkat. ”Cukup satu bulan atau 40 hari, murid sudah bisa menguasai jurus-jurus yang diajarkan oleh para guru,” tambah Hepni.

Diulasnya alam sejarahnya, Kuntau Semende memiliki tokoh besar yang berperan dalam pelestarian seni ini. Salah satu sosok yang dihormati adalah Almarhum Burhanan Bin Isman.

”Beliau adalah tokoh yang melestarikan Kuntau Semende di Pekon Pahayu, Pagar Dewa, termasuk di Way Tenong, Pekon Padang Tambak, Sukaraja, Sukananti, dan sekitarnya. Berkat jasanya, hingga kini Kuntau tetap lestari dan terus diajarkan kepada generasi muda,” tandas Hepni.*

Kategori :