Radarlambar.bacakoran.co - Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyampaikan peringatan keras kepada importir di Lampung agar tidak merugikan petani singkong. Pernyataan ini muncul setelah Menteri Amran menerima laporan tentang kesulitan yang dialami petani singkong di wilayah tersebut. Situasi ini diperparah dengan penutupan sejumlah pabrik pengolahan singkong di Tulangbawang setelah aksi demonstrasi ribuan petani pada 23 Januari 2025. Saat ini, aksi unjuk rasa juga berlangsung di perusahaan Sinar Laut dan akan berlanjut hingga PT BW.
Impor dan Dampaknya pada Harga Singkong Lokal
Menurut pengamat ekonomi dari Universitas Lampung, Asrian Hendi Caya, kebijakan impor menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan harga singkong di Lampung. Sebagian besar singkong di daerah tersebut dipasok ke pabrik pengolahan tepung tapioka, yang kini menghadapi penurunan permintaan akibat persaingan dengan tepung impor yang lebih murah.
Kondisi ini diperburuk oleh struktur pasar yang oligopsoni, di mana hanya segelintir pembeli besar yang mengendalikan harga. Meskipun terdapat banyak pabrik tapioka, sebagian besar dari mereka tergabung dalam kelompok usaha besar yang sama, sehingga kekuatan tawar menawar petani menjadi lemah.
Alternatif dan Solusi
Asrian Hendi menyarankan beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi permasalahan ini. Salah satu solusi yang diusulkan adalah mengembangkan pasar baru bagi produk olahan singkong, seperti tepung mocaf (modified cassava flour) yang bisa menjadi substitusi tepung terigu.
Namun, produk ini menghadapi tantangan besar karena tepung terigu impor bebas dari bea masuk, sementara tepung singkong lokal dikenakan pajak.
Ia juga mengingatkan pentingnya dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan yang memprioritaskan produk lokal. Kebijakan seperti insentif pajak untuk industri singkong lokal, atau bahkan regulasi yang mewajibkan penggunaan mocaf dalam industri makanan, dapat membantu menciptakan keseimbangan di pasar.