Radarlambar.bacakoran.co- Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) kini memiliki divisi yang khusus menangani kecerdasan buatan (AI) dan teknologi baru, yang dipimpin oleh Aju Widyasari selaku Direktur Kecerdasan Artifisial dan Ekosistem Teknologi Baru.
Divisi ini berada di bawah Direktorat Ekosistem Digital, yang dipimpin oleh Edwin Hidayat sebagai Direktur Jenderal. Tugas utama divisi ini adalah memastikan hilirisasi dan adopsi teknologi baru, termasuk AI, di berbagai sektor strategis di Indonesia.
Bonifasius Wahyu Pudjianto, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Komdigi, dalam kesempatan di acara kick off Laskar AI di Jakarta, mengungkapkan bahwa transformasi kementerian tersebut melibatkan pembentukan Direktorat Jenderal Ekosistem Digital, yang salah satunya mengelola isu terkait AI.
Boni menjelaskan bahwa tugas divisi ini mencakup proses hilirisasi teknologi, yaitu penerapan teknologi baru ke sektor-sektor yang membutuhkan, dengan AI menjadi salah satu fokus utama.
Aju Widyasari, yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Telekomunikasi di Direktorat Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika (Ditjen PPI) pada masa pemerintahan sebelumnya, kini berperan dalam mengawal perkembangan teknologi baru, termasuk AI.
Boni menambahkan bahwa keberadaan divisi ini penting untuk mendukung kebijakan yang mendorong adopsi teknologi, dan salah satu langkah yang diambil adalah menciptakan sandbox—sebuah ruang percobaan untuk kebijakan yang berfokus pada teknologi baru.
Saat ini, Indonesia belum memiliki peraturan yang mengatur secara spesifik mengenai kecerdasan buatan. Surat Edaran Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 9 Tahun 2023 tentang Etika Kecerdasan Artifisial baru memberikan panduan etis secara sukarela.
Komdigi pun telah memulai pembahasan lebih lanjut untuk mengembangkan kebijakan yang lebih konkret terkait AI. Proses diskusi ini melibatkan berbagai stakeholder dan dijadwalkan akan berlanjut hingga awal Maret 2025.
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi digital, kebutuhan akan talenta digital, terutama yang berkompeten dalam bidang AI, semakin besar. Indonesia diperkirakan memerlukan sekitar 600 ribu talenta digital setiap tahun hingga 2030. Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi, maka peluang akan terbuka bagi talenta asing untuk mengisi posisi tersebut. Menyadari hal ini, pemerintah dan sektor swasta, seperti Lintasarta, bekerja sama untuk mencetak talenta-talenta digital berkualitas.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Lintasarta adalah program Laskar AI, yang bertujuan untuk menyiapkan talenta digital di bidang AI melalui pelatihan intensif. Program ini bekerja sama dengan Dicoding Indonesia, dan telah menarik perhatian lebih dari 13.000 pendaftar dari berbagai daerah di Indonesia.
Dari jumlah tersebut, 657 orang berhasil lolos dan melanjutkan ke tahap pelatihan untuk mendapatkan pembekalan mengenai AI selama enam bulan. Laskar AI menggabungkan pelatihan teknis dalam bidang Machine Learning dan Data Science serta pengembangan soft skills untuk mendukung kesiapan peserta di dunia kerja.
Program seperti Laskar AI diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan talenta digital Indonesia, yang akan berperan penting dalam mendukung visi Indonesia Emas 2045, serta mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.(*)