Namun, keputusan untuk tinggal di rumah dinas kali ini datang setelah desakan sang istri. "Berhari-hari istri saya menekan saya, dia bilang, 'Pak, sesekali tempati rumah dinasnya,’" ujar Pramono. Meski awalnya ragu, Pramono akhirnya memutuskan untuk melihat langsung rumah dinas gubernur tersebut dan mulai mempertimbangkan untuk tinggal di sana.
Petuah sang istri yang mengingatkan tentang filosofi orang Jawa, yang percaya bahwa menolak anugerah adalah kesalahan, akhirnya membuat Pramono luluh. "Kalau kamu enggak tempati, kamu salah," ungkapnya, mengutip perkataan istrinya. Dengan pertimbangan tersebut, Pramono akhirnya memutuskan untuk menempati rumah dinas gubernur Jakarta, berharap keputusan ini membawa keberkahan dalam masa kepemimpinannya.
Kembali Berfungsi sebagai Simbol Kepemimpinan
Walaupun belum diketahui kapan tepatnya Pramono dan keluarganya akan pindah ke rumah dinas tersebut, yang jelas rumah tua di Taman Suropati itu kini akan kembali berfungsi sebagai tempat tinggal resmi bagi pemimpin Jakarta. Rumah yang dulu menjadi simbol kekuasaan kini akan diterangi oleh lampu-lampu keluarga gubernur, mengembalikan fungsinya sebagai tempat tinggal pemimpin ibukota.
Kisah rumah dinas gubernur Jakarta ini mencerminkan betapa pentingnya sebuah bangunan dalam menyimpan sejarah dan tradisi kepemimpinan. Kini, dengan kembalinya penghuni baru, rumah dinas ini bukan hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga simbol kekuasaan dan anugerah yang mengiringi jabatan gubernur Jakarta. (*)