Radarlambar.bacakoran.co - Harga batu bara acuan mencatatkan kenaikan signifikan pada akhir Maret 2025, menembus kembali level US$ 100 per ton.
Berdasarkan data dari Refinitiv, pada hari Senin (31/3/2025), harga batu bara ICE Newcastle untuk kontrak dua bulan meningkat sebesar 3,38%, mencapai harga US$ 107 per ton.
Kenaikan harga ini terjadi setelah batu bara mengalami penurunan tajam, mencapai titik terendah dalam empat tahun pada bulan Maret, yaitu di bawah US$ 100 per ton. Pada 25 Maret 2025, harga batu bara ditutup pada US$ 98,25 per ton, bahkan sempat menyentuh level terendah intraday di angka US$ 95,75 per ton.
Kenaikan harga batu bara ini didorong oleh keputusan pemerintah Afrika Selatan yang baru-baru ini memberi izin kepada delapan pembangkit listrik tenaga batu bara milik perusahaan negara, Eskom, untuk melebihi batas polusi udara dan emisi selama dekade ini. Keputusan ini diambil untuk mencegah terjadinya pemadaman listrik berkepanjangan yang dapat merugikan perekonomian negara.
Menurut laporan dari Oilprice.com, enam pembangkit tersebut diberikan pengecualian selama lima tahun, yang memungkinkan mereka untuk melebihi batas emisi yang ditentukan dalam regulasi kualitas udara nasional. Sementara itu, dua pembangkit lainnya mendapatkan izin hingga tahun 2034, dengan rencana untuk menghentikan operasionalnya pada waktu tersebut.
Namun, meskipun memberikan pengecualian, pemerintah Afrika Selatan menegaskan bahwa Eskom tidak sepenuhnya bebas dari regulasi emisi. Menteri Lingkungan Hidup Dion George menjelaskan dalam konferensi pers pada Senin lalu bahwa pengecualian ini diberikan dengan persyaratan ketat yang disesuaikan dengan masing-masing fasilitas.
Tahun lalu, pemerintah Afrika Selatan juga menyetujui perpanjangan operasional lima pembangkit listrik batu bara yang telah tua dan sangat mencemari selama lima tahun lagi, meskipun negara ini berencana untuk menerapkan batas emisi baru pada tahun 2025.
Afrika Selatan tengah menghadapi krisis energi serius, dengan pemadaman listrik bergilir yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Eskom, sebagai penyedia utama listrik di negara ini, terus berjuang untuk meningkatkan kapasitas pembangkitnya guna memenuhi permintaan energi yang semakin tinggi. Sebagai salah satu produsen batu bara terbesar di dunia, Afrika Selatan masih sangat bergantung pada batu bara, yang saat ini menyumbang sekitar 85% pasokan listrik negara.(*)