Varian Baru COVID-19 ‘Nimbus’ Muncul, Gejala Lebih Menyiksa dan Risiko Penyebaran Meningkat

Kamis 19 Jun 2025 - 17:07 WIB
Reporter : Edi Prasetya
Editor : Edi Prasetya

Radarlambar.bacakoran.co- Dunia kembali dihadapkan pada varian baru COVID-19 yang menunjukkan laju penyebaran signifikan. Varian dengan kode NB.1.8.1, atau yang secara informal disebut “Nimbus”, telah menarik perhatian otoritas kesehatan global setelah menyebabkan lonjakan kasus di sejumlah wilayah, terutama Amerika Serikat dan beberapa negara di Asia pada awal tahun 2025.

Varian ini merupakan turunan dari Omicron yang dikenal memiliki tingkat penularan tinggi. Gejala yang dialami oleh pasien terinfeksi dilaporkan lebih intens dibanding varian sebelumnya. Beberapa penderita mengalami nyeri tenggorokan ekstrem hingga kesulitan berbicara atau menelan, menandakan potensi peningkatan keparahan gejala pada sebagian kasus.

Nimbus pertama kali terdeteksi melalui program pemantauan pelancong internasional di bandara Amerika Serikat pada akhir Maret. Sejak saat itu, persebarannya telah mencakup lebih dari selusin negara bagian, dengan tren peningkatan jumlah kasus yang konsisten dari waktu ke waktu. Meski saat ini tingkat rawat inap dan hasil tes positif di AS masih relatif terkendali, para pakar memperingatkan adanya risiko lonjakan musiman seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memasukkan NB.1.8.1 ke dalam daftar varian dalam pemantauan karena karakteristik mutasinya, khususnya pada protein spike yang dapat memengaruhi tingkat penularan virus. Penamaan “Nimbus” sendiri berasal dari kalangan ilmuwan evolusi yang sebelumnya juga memberi label populer pada varian-varian lain guna memudahkan komunikasi publik.

Gejala umum yang terkait dengan varian ini tidak berbeda jauh dari varian Omicron sebelumnya. Di antaranya meliputi nyeri tenggorokan, batuk, hidung tersumbat, sesak napas, demam, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, serta gangguan pada indera penciuman dan perasa. Kelompok usia lanjut, penderita imunokompromais, serta individu dengan penyakit bawaan masih termasuk kategori berisiko tinggi untuk mengalami gejala berat.

Meskipun tingkat keparahan varian Nimbus masih dalam pemantauan, kemunculannya menambah daftar panjang evolusi virus SARS-CoV-2 yang terus beradaptasi. Perhatian terhadap protokol kesehatan dasar, penguatan vaksinasi, serta pemantauan gejala tetap menjadi elemen penting dalam merespons dinamika pandemi yang belum sepenuhnya usai.(*)

Kategori :