Radarlambar.bacakoran.co -Amerika Serikat secara resmi telah melibatkan diri dalam konflik antara Iran dan Israel, menyusul keputusan Presiden AS Donald Trump untuk melancarkan serangan udara ke tiga fasilitas nuklir utama Iran pada Sabtu, 21 Juni 2025. Tiga lokasi yang menjadi sasaran adalah Fordow, Natanz, dan Esfahan—pusat penting dalam program nuklir negara tersebut. Langkah ini mengakhiri masa pertimbangan selama sepekan mengenai kemungkinan campur tangan militer AS dalam konflik Timur Tengah yang semakin memanas.
Meski serangan itu diklaim sebagai keberhasilan militer, respons global justru menunjukkan kekhawatiran. Banyak pihak mempertanyakan apakah intervensi militer ini akan mengarah pada perdamaian, atau justru memicu eskalasi konflik yang lebih luas.
Risiko dan Dampak dari Serangan
Menurut laporan media internasional, terutama New York Times, serangan AS ke Iran berpotensi besar mengganggu proses diplomasi yang sempat berjalan. Sebelum serangan Israel ke Iran, kedua negara sebenarnya tengah dalam pembicaraan mengenai pembatasan program pengayaan uranium Iran. Negosiasi ini bertujuan untuk mengendalikan kemampuan Iran dalam memproduksi senjata nuklir, sekaligus membuka peluang pelonggaran sanksi ekonomi dari AS.
Namun, serangan militer telah menghancurkan upaya kompromi yang sempat menunjukkan kemajuan. Iran bahkan disebut masih menunjukkan kesiapan untuk kembali berdialog, tetapi keputusan AS untuk melancarkan serangan kemungkinan besar akan memperkuat posisi garis keras di dalam negeri.
Potensi Akselerasi Program Nuklir
Salah satu risiko terbesar dari serangan ini adalah potensi akselerasi program nuklir Iran. Meskipun Fordow dikenal sebagai salah satu fasilitas utama, banyak analis mencurigai bahwa Iran mungkin memiliki lokasi rahasia lain yang tidak diketahui oleh intelijen AS dan Israel. Jika dugaan ini benar, serangan terhadap fasilitas yang diketahui publik bisa jadi hanya akan mendorong Iran mempercepat pengembangan senjata di tempat tersembunyi.
Dalam konteks ini, Iran juga mempertimbangkan opsi untuk keluar dari Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (NPT), sebuah perjanjian internasional yang membatasi kemampuan negara dalam mengembangkan senjata nuklir. Langkah semacam ini tentu akan membawa dampak besar terhadap stabilitas kawasan dan keamanan global.
Ancaman Perluasan Konflik
Hingga saat ini, Iran masih menahan diri untuk tidak menyerang pasukan atau kepentingan AS secara langsung. Namun, serangan dari AS bisa mengubah situasi. Ada kekhawatiran bahwa Iran akan memperluas medan konflik dengan melibatkan sekutu-sekutunya di kawasan, seperti kelompok Houthi di Yaman, Hizbullah di Lebanon, serta milisi-milisi bersenjata di Irak.
Konflik juga berpotensi meluas ke aspek ekonomi global, terutama jika Iran memutuskan untuk menutup Selat Hormuz—jalur vital pengiriman minyak dunia.
Skenario Perubahan Rezim
Konflik ini juga membuka peluang munculnya skenario perubahan rezim di Iran. Target serangan yang ditujukan ke arah pimpinan tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dinilai sebagian kalangan sebagai bagian dari upaya melemahkan struktur kepemimpinan negara tersebut. Namun, perubahan rezim tidak semudah membunuh satu sosok pemimpin.
Struktur kekuasaan di Iran sangat kuat dan telah terbangun selama hampir lima dekade. Bahkan jika Khamenei digantikan, ada potensi bahwa kekuasaan akan jatuh ke tangan kelompok militer seperti Korps Garda Revolusi Islam yang justru dapat memilih pemimpin baru yang lebih radikal dan keras terhadap Barat.
Respons Rakyat Iran
Sikap rakyat Iran terhadap konflik ini juga berkembang. Sebagian masyarakat yang awalnya mendukung serangan terhadap pemerintah karena kekecewaan atas kepemimpinan ulama kini mulai menunjukkan solidaritas terhadap tanah airnya, terutama setelah serangan mulai menghantam infrastruktur sipil dan menyebabkan korban jiwa.
Media sosial Iran dipenuhi dengan ekspresi patriotik, meskipun tidak semuanya mendukung pemerintah. Sentimen anti-intervensi asing tampak tumbuh, menyatukan berbagai kelompok masyarakat meski dengan latar belakang politik yang berbeda.
Kesimpulan
Dengan segala konsekuensinya, keputusan AS untuk menyerang Iran bisa membawa dunia ke arah ketidakpastian baru. Alih-alih menciptakan perdamaian, langkah ini bisa membuka lembaran konflik yang lebih luas, mempercepat perlombaan senjata, dan menjerumuskan kawasan ke dalam instabilitas yang lebih dalam. Dunia kini menanti langkah selanjutnya dari para pemimpin dunia—apakah memilih jalur dialog atau kembali memanggul senjata. (*_
Kategori :