Radarlambar.Bacakoran.co - Masa liburan sekolah yang tengah ber-langsung menjadi perhatian serius dari pemerintah daerah. Di tengah riangnya anak-anak menikmati jeda dari rutinitas belajar, Dinas Pem-berdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Pesisir Barat (Pesbar) tetap mengingatkan orang tua agar tidak lengah.
Kepala DP3AKB Pesbar, dr. Budi Wiyono, M.H., menegaskan bahwa ma-sa liburan kerap membawa potensi risiko yang cukup tinggi terhadap tumbuh kembang anak, baik dari sisi keamanan maupun psikososial. Da-lam situasi di mana anak-anak memiliki lebih banyak waktu luang tanpa aktivitas formal seperti sekolah, keterlibatan dan pengawasan orang tua menjadi faktor krusial.
“Libur sekolah bukan berarti libur dari perhatian dan pengasuhan. Justru pada masa inilah orang tua harus lebih aktif memantau kegiatan anak, ka-rena risiko mereka terlibat dalam hal-hal negatif bisa meningkat,” ujarn-ya.
Menurut Budi, anak-anak yang tidak diawasi secara optimal selama libur sekolah rentan terhadap berbagai ancaman. Di antaranya, kemungkinan terlibat dalam pergaulan yang tidak sehat, terpapar konten negatif dari media sosial, hingga menjadi korban kejahatan.
“Termasuk juga ancaman dalam bentuk yang lebih halus, seperti kebia-saan bermain gadget berlebihan tanpa pengawasan, yang berpotensi me-mengaruhi kondisi mental dan fisik anak,” katanya.
Karena itu, kata dia, DP3AKB mengajak para orang tua untuk tidak seka-dar bersikap reaktif, tetapi proaktif dalam mengisi waktu libur anak-anak dengan kegiatan yang edukatif dan menyenangkan. Kegiatan seperti membaca buku, membantu pekerjaan rumah tangga, mengikuti pelatihan atau kursus singkat, bermain secara fisik bersama teman sebaya, hingga berkunjung ke tempat-tempat wisata lokal yang bernilai edukasi bisa menjadi pilihan yang tepat.
“Orang tua perlu menjadi fasilitator kegiatan positif bagi anak-anaknya. Tidak harus mahal, yang penting mendidik dan memberikan ruang bagi anak untuk berekspresi secara sehat,” jelasnya.
Selain itu, momen libur sekolah dinilai sebagai waktu yang tepat untuk mempererat hubungan emosional antara orang tua dan anak. Rutinitas sehari-hari yang kerap membuat hubungan komunikasi menjadi terbatas, bisa digantikan dengan kegiatan bersama yang mampu meningkatkan kedekatan batin. Bermain bersama, memasak bersama, atau sekadar men-gobrol santai bisa menjadi cara efektif untuk membangun hubungan emo-sional yang kuat.
“Anak yang dekat dengan orang tuanya secara emosional cenderung lebih terbuka dan terlindungi dari pengaruh luar yang negatif,” ujarnya.
Dikatakannya, pihaknya juga menyoroti pentingnya menciptakan ling-kungan yang aman dan ramah anak. Ia menyebutkan, banyak kasus pelanggaran terhadap hak anak yang justru terjadi karena lingkungan sekitar tidak memberikan perlindungan yang memadai.
“Orang tua tidak bisa berjalan sendiri. Perlu dukungan dari lingkungan sekitar, termasuk tetangga, keluarga besar, bahkan perangkat pekon, agar anak-anak tumbuh dalam suasana yang kondusif,” jelasnya.
Ditambahkannya, dalam era digital saat ini, penggunaan gawai dan inter-net menjadi tantangan tersendiri. Di satu sisi, teknologi bisa menjadi sa-rana pembelajaran yang efektif. Namun, di sisi lain, tanpa kontrol yang baik, justru bisa menjadi pintu masuk berbagai pengaruh negatif.
“Anak bisa saja terpapar konten kekerasan, pornografi, atau ajakan-ajakan menyimpang melalui internet. Maka penting bagi orang tua untuk tidak hanya membatasi, tetapi juga mendampingi penggunaan teknologi oleh anak,” tandasnya.(yayan/*)