Putin Desak Ukraina Mundur dari Wilayah Pendudukan sebagai Syarat Hentikan Perang
PRESIDEN - Rusia Vladimir Putin.// Foto : CNBC Indonesia--
RADARLAMBARBACAKORAN.CO- Presiden Rusia Vladimir Putin kembali menegaskan bahwa perang di Ukraina hanya dapat dihentikan jika Kyiv menarik seluruh pasukannya dari wilayah yang diklaim Moskwa sebagai bagian dari Rusia. Sikap tersebut memperlihatkan tidak adanya ruang kompromi dari Kremlin di tengah upaya internasional untuk mendorong perdamaian.
Rusia terus melakukan operasi militer secara perlahan namun konsisten di Ukraina timur. Saat ini Moskwa telah menguasai sekitar seperlima wilayah Ukraina, sebuah kondisi yang menjadi hambatan utama dalam negosiasi karena Kyiv menolak menyerahkan wilayahnya. Di saat bersamaan, Ukraina menuntut adanya jaminan keamanan dari Barat untuk mencegah potensi invasi ulang di masa depan.
Amerika Serikat turut mendorong upaya mengakhiri konflik dengan merancang proposal damai tanpa melibatkan Ukraina dan Eropa pada tahap awal. Draft awal yang bocor memuat ketentuan agar Ukraina mundur dari wilayah Donetsk, sementara AS secara de facto mengakui Crimea, Donetsk, dan Lugansk sebagai bagian Rusia. Setelah menuai kritik, AS mengajukan revisi, namun isinya belum dipublikasikan.
Moskwa menyatakan telah melihat draf terbaru yang jauh lebih ringkas dan menilai dokumen itu bisa menjadi pijakan awal perundingan. Namun Rusia tetap bersikeras meminta pengakuan internasional atas wilayah pendudukan yang saat ini dikuasainya. Sementara dari pihak Ukraina, pemerintahan Presiden Volodymyr Zelensky menolak keras kemungkinan menyerahkan wilayah, dan menegaskan fokus saat ini hanyalah menetapkan garis kontak di sepanjang front pertempuran sepanjang kurang lebih 1.100 kilometer.
Di lapangan, Rusia mengklaim telah mengepung pasukan Ukraina di Pokrovsk dan Myrnograd di Donetsk, serta terus bergerak maju ke Vovchansk, Siversk, dan menuju Guliaipole. Namun Ukraina membantah klaim tersebut dan menyatakan pertahanan mereka masih bertahan di sejumlah titik penting.
Putin juga mempertanyakan legitimasi Zelensky, yang menurutnya membuat penandatanganan perjanjian damai menjadi tidak mungkin. Ukraina menilai pernyataan tersebut sebagai strategi Moskwa untuk melemahkan posisi Kyiv dalam perundingan.
Laporan Institute for the Study of War (ISW) menunjukkan bahwa rata-rata Rusia merebut sekitar 467 kilometer persegi wilayah baru setiap bulan sepanjang 2025, meningkat dari capaian pada tahun sebelumnya. Sejak invasi besar-besaran pada Februari 2022, perang telah menimbulkan korban ratusan ribu jiwa dan memaksa jutaan warga mengungsi, menjadikannya konflik terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II.