BALIKBUKIT – Komitmen Pemerintah Kabupaten Lampung Barat dalam mendorong budaya ramah lingkungan di dunia pendidikan semakin kuat. Melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Pemkab optimis bahwa sembilan sekolah yang diusulkan sebagai Calon Sekolah Adiwiyata (CSA) Provinsi Lampung tahun 2025 akan ditetapkan sebagai Sekolah Adiwiyata Provinsi.
Program Adiwiyata sendiri merupakan inisiatif dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang bertujuan mendorong terciptanya warga sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan, melalui pengintegrasian nilai-nilai pelestarian lingkungan dalam aktivitas belajar dan kehidupan sehari-hari di sekolah.
Adapun sembilan sekolah dari Lampung Barat yang masuk dalam usulan CSA Provinsi Lampung tahun ini yaitu SDN 3 Tugu Sari, SDN 1 Sukaraja, SDN 2 Pampangan, SMPN 1 Sekincau, SDN 4 Padang Tambak, SDN 1 Karang Agung, SMPN 1 Gedung Surian, SMA Negeri 1 Liwa dan SMA Negeri 1 Kebun Tebu
Kepala DLH Lampung Barat, M. Henry Faisal, S.H., M.H., mengungkapkan optimismenya terhadap sembilan sekolah tersebut. Ia menyatakan bahwa dari informasi sementara dari tim penilai adiwiyata Provinsi Lampung, seluruh sekolah yang diusulkan memenuhi syarat baik secara administrasi dan lapangan untuk selanjutnya ditetapkan sebagai sekolah Adiwiyata Provinsi Lampung.
“Insya Allah, kami optimis sembilan sekolah yang kami usulkan sebagai Calon Sekolah Adiwiyata Provinsi tahun 2025 akan ditetapkan secara resmi sebagai sekolah adiwiyata tingkat Provinsi Lampung,” ujar Henry Faisal, Senin (30/6/2025).
Lanjut dia, sebagai bagian dari proses seleksi, tim penilai dari DLH Provinsi Lampung telah melakukan verifikasi lapangan terhadap salah satu dari sembilan sekolah tersebut, yakni SDN 3 Tugu Sari pada Kamis, 19 Juni 2025. Sekolah ini menjadi perwakilan sampling untuk menilai kesiapan keseluruhan dari daftar CSA Lampung Barat.
Henry menambahkan, hasil sementara dari tim penilai cukup positif. Mereka menilai bahwa secara umum, sekolah-sekolah tersebut telah memenuhi berbagai indikator penting seperti pengelolaan sampah, pemanfaatan lahan hijau, serta integrasi materi lingkungan hidup dalam kurikulum sekolah.
“Dari sisi administratif dan kondisi nyata di lapangan, sembilan sekolah ini sudah on track menuju predikat Sekolah Adiwiyata. Kami sangat bangga dengan semangat dan kerja keras para guru, siswa, serta komunitas sekolah,” tambahnya.
Program Adiwiyata bukan hanya soal lomba atau penghargaan. Di balik nama besar "Sekolah Adiwiyata", terdapat gerakan kolektif dari sekolah untuk mencintai dan merawat lingkungan. Mulai dari membentuk tim peduli lingkungan, menyediakan tempat sampah terpilah, melakukan penghijauan halaman sekolah, hingga membuat inovasi seperti kebun sekolah, biopori, dan daur ulang sampah.
Hal inilah yang membuat DLH Lampung Barat secara konsisten mendorong sekolah-sekolah di daerah tersebut untuk berpartisipasi aktif. Tidak hanya di level provinsi, bahkan beberapa sekolah binaan Lampung Barat sebelumnya juga berhasil menembus tingkat nasional, menunjukkan bahwa sekolah-sekolah di daerah mampu bersaing dengan sekolah besar dari kota-kota lain di Indonesia.
Henry juga menekankan bahwa gerakan Adiwiyata sejatinya adalah investasi jangka panjang dalam pembentukan karakter generasi muda yang sadar lingkungan. Sekolah yang berhasil menerapkan prinsip Adiwiyata tidak hanya akan menjadi sekolah bersih dan asri, tetapi juga menjadi tempat tumbuhnya anak-anak dengan kesadaran ekologis yang kuat.
“Jika anak-anak kita tumbuh dengan kepedulian terhadap lingkungan, maka kita sedang menanam benih masa depan yang lebih lestari. Sekolah adalah tempat paling strategis untuk membentuk kebiasaan baik ini,” pungkas Henry. (lusiana)