Radarlambar.bacakoran.co -Elon Musk secara resmi meluncurkan entitas politik baru bernama "Partai Amerika" yang bertujuan mengganggu dominasi sistem dua partai di Amerika Serikat. Langkah ini muncul setelah Musk berselisih dengan mantan sekutu Presiden Donald Trump, terutama terkait dukungan Trump pada RUU pajak dan pengeluaran besar yang dinilai Musk memperburuk utang nasional.
Partai Amerika diposisikan sebagai alternatif beraliran tengah, menonjolkan fokus pada teknologi, pengelolaan anggaran yang ketat, serta dukungan pada energi berkelanjutan. Musk menargetkan sekitar 80 persen warga AS yang diperkirakan memiliki pandangan politik moderat, berharap partainya bisa menjadi suara baru di tengah ketatnya persaingan politik.
Visi Musk dengan Partai Amerika adalah menjadi kendaraan bagi perubahan signifikan, terutama dalam mengurangi utang nasional dan mendorong energi ramah lingkungan. Ia juga ingin menentang Partai Republik yang mendukung kebijakan fiskal besar yang dapat meningkatkan defisit hingga triliunan dolar dalam dekade mendatang.
Namun membangun partai ketiga yang berkelanjutan di AS bukan perkara mudah. Proses pengumpulan tanda tangan pemilih di setiap negara bagian untuk mendapatkan akses ke surat suara adalah tantangan besar, mengingat undang-undang pemilu yang rumit dan sering berpihak pada partai besar.
Meski demikian, Musk mendapat dukungan dari kelompok politik pihak ketiga seperti Forward Party milik Andrew Yang, yang menawarkan bantuan dalam hal rekrutmen kandidat dan kolaborasi strategis. Partai Libertarian yang memiliki jaringan pemilih terbesar di antara partai kecil juga mendorong Musk untuk bergabung, dengan alasan kesamaan nilai dalam pengelolaan fiskal dan pemerintahan minimal.
Selain hambatan legal dan administratif, Musk juga menghadapi tantangan terkait citra publiknya yang dinamis dan aliansi politiknya yang berubah-ubah, yang menyebabkan kesulitan membangun kepercayaan luas di kalangan pemilih. Sistem elektoral pemenang-ambil-semua di AS juga cenderung mempersulit keberhasilan partai kecil dalam mendapatkan kursi legislatif, berbeda dengan sistem proporsional di negara demokrasi lain.
Meskipun Musk memiliki kekayaan luar biasa senilai ratusan miliar dolar, pengalamannya dalam politik menunjukkan bahwa dana besar saja tidak cukup untuk menjamin kemenangan. Investasi politik terbarunya di pemilihan mahkamah agung negara bagian Wisconsin berakhir tanpa hasil positif, memperlihatkan keterbatasan kekayaan dan ketenaran dalam ranah politik praktis.
Para konsultan menekankan pentingnya Musk memilih penasihat yang kompeten dan dapat dipercaya, mengingat lingkungan politik pihak ketiga yang penuh dengan tantangan dan risiko oportunisme.