Radarlambar.bacakoran.co – Israel dilaporkan akan mengajukan rencana penarikan pasukan terbaru dalam perundingan gencatan senjata yang berlangsung di Doha, Qatar. Langkah ini diharapkan dapat memecahkan kebuntuan negosiasi yang terjadi setelah Israel bersikeras mempertahankan kendali atas sebagian besar wilayah Gaza.
Channel 12 Israel menyebut para mediator masih menunggu dokumen rencana baru tersebut untuk diserahkan. Rencana ini diharapkan menjadi titik tengah antara tuntutan Israel dan Hamas yang hingga kini belum menemukan kesepakatan.
Sebelumnya, Hamas telah menyetujui pembentukan zona penyangga selebar 700 meter hingga satu kilometer. Namun, Israel tetap mengajukan zona penguasaan hingga tiga kilometer, yang memicu terhentinya pembicaraan.
Sumber dari Times of Israel mengungkapkan bahwa dalam rencana terbaru, Israel masih ingin menguasai sepertiga wilayah Gaza, termasuk zona penyangga tiga kilometer di Rafah. Wilayah itu akan dijadikan area yang dikontrol penuh, di mana warga Gaza akan diperiksa ketat dan dibatasi mobilitasnya.
Amerika Serikat disebut juga kurang puas dengan rencana lama Israel dan telah menyampaikan keprihatinannya kepada mediator Qatar dan Mesir. Meskipun Israel dilaporkan mulai melunak dalam beberapa tuntutan, terutama terkait reposisi pasukan selama gencatan senjata 60 hari, usulan barunya tetap belum memenuhi ekspektasi Hamas.
Di dalam negeri, ketegangan juga meningkat di kabinet pemerintahan Netanyahu. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dari partai sayap kanan mengancam akan mundur jika kesepakatan gencatan senjata disepakati. Netanyahu pun dikabarkan akan bertemu Menteri Keuangan Bezalel Smotrich untuk mencegah potensi perpecahan di kabinet.
Sementara itu, menurut The Jerusalem Post, negosiasi pembebasan sandera masih berlanjut dengan melibatkan mediator Mesir dan Qatar. Namun, Hamas menolak usulan dari Qatar yang sebelumnya telah diterima Israel, sehingga menambah kompleksitas proses perundingan. (*)
Kategori :