Tarif 19 Persen Amerika Tak Ganggu Pasokan Gandum Nasional

Kamis 17 Jul 2025 - 17:40 WIB
Reporter : Rinto Arius

 

 

Pasar Terbuka, Permintaan Meningkat

Industri pengolahan tepung terigu di Indonesia berkembang pesat dalam satu dekade terakhir. Konsumsi gandum untuk keperluan pangan meningkat hingga 22 persen, seiring bertumbuhnya minat masyarakat terhadap makanan berbasis tepung seperti roti, mi instan, dan kue modern. Tren ini juga turut mendorong permintaan terhadap gandum kelas premium, yang salah satunya dipasok oleh produsen dari Amerika.

 

Pasar yang terbuka dan bersaing memungkinkan pabrik-pabrik penggilingan dalam negeri menentukan pilihan pasokan terbaik, baik dari sisi harga, mutu, maupun fleksibilitas pengiriman. Sejumlah perusahaan besar nasional, termasuk produsen bahan pangan utama, sudah terbiasa mengelola pembelian bahan baku melalui jalur perdagangan terbuka sejak lama.

 

 

Fasilitasi Regulasi Impor

Untuk mendukung kelancaran pengiriman gandum, pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat juga telah menyelesaikan sejumlah hambatan teknis dalam perdagangan pangan. Pada pertengahan Juni 2025, kedua negara menyepakati protokol impor terkait sanitasi dan fitosanitasi (SPS), termasuk prosedur fumigasi dan sistem keterlacakan komoditas.

 

Penyelesaian teknis ini menandai hasil dari 18 bulan koordinasi antara Badan Karantina Indonesia dan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Protokol ini menjadi jaminan tambahan bahwa komoditas yang masuk ke Indonesia memenuhi standar kesehatan dan keamanan pangan yang ketat.

 

 

Stabilitas Pasokan Tetap Terjaga

Meskipun terjadi perubahan kebijakan di tingkat global, termasuk tekanan tarif dari Amerika Serikat, industri penggilingan dalam negeri dinilai tetap berada dalam jalur stabil. Diversifikasi negara pemasok, efisiensi jalur distribusi, serta dukungan kebijakan dalam negeri, menjadi faktor penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional, khususnya komoditas gandum.

Kategori :