Radarlambar.bacakoran.co- Sepanjang kuartal kedua tahun 2025, dunia mengalami guncangan besar dalam sektor digital, seiring meningkatnya ketegangan geopolitik, bencana alam, hingga serangan siber yang mengganggu infrastruktur internet di berbagai negara. Laporan terbaru dari Cloudflare mengungkap eskalasi gangguan konektivitas global, baik akibat kebijakan pemerintah, pemadaman listrik, maupun kerusakan teknis.
Beberapa negara seperti Iran, Irak, Suriah, Libya, dan Panama dilaporkan sengaja memutus akses internet atas nama keamanan atau kepentingan domestik. Di Iran, pemutusan dilakukan berulang kali pasca-serangan terhadap fasilitas nuklir. Irak dan Suriah memutus koneksi internet sebagai langkah pencegahan kecurangan dalam ujian nasional. Sementara Panama menangguhkan layanan internet selama aksi demonstrasi massal yang memuncak pada akhir Juni.
Selain kebijakan pemerintah, gangguan signifikan juga disebabkan oleh krisis energi. Spanyol dan Portugal menjadi korban pemadaman listrik yang berdampak luas terhadap konektivitas internet, dengan penurunan trafik mencapai lebih dari 80 persen. Maroko turut terdampak akibat koneksi internasional yang terganggu oleh insiden di Semenanjung Iberia.
Gangguan lain berasal dari kerusakan infrastruktur fisik jaringan, termasuk kabel optik yang menjadi tulang punggung koneksi internet. Di Haiti, kerusakan kabel darat menyebabkan terhentinya layanan secara total. Malawi juga mencatat insiden serupa yang disebabkan aksi vandalisme. Kasus teknis lainnya terjadi di Kanada, ketika pembaruan perangkat lunak router menimbulkan pemadaman di wilayah Ontario dan Quebec.
Salah satu kejadian terbesar adalah gangguan layanan internet di Amerika Serikat yang melibatkan Lumen/CenturyLink. Masalah diduga terkait sistem DNS dan menimbulkan gangguan berjam-jam. Pengguna yang mengganti pengaturan DNS ke milik Cloudflare disebut masih dapat mengakses internet.
Serangan siber juga menjadi faktor serius dalam kelumpuhan jaringan. Rusia menjadi target serangan DDoS besar yang melumpuhkan jaringan penyedia lokal selama beberapa hari, dengan intensitas trafik yang mencapai lebih dari 70 Gbps.
Tak semua gangguan dapat ditelusuri penyebabnya. Di Finlandia, Filipina, dan Thailand, terjadi pemadaman total tanpa kejelasan penyebab. Di Thailand, media lokal mengaitkan insiden tersebut dengan kesalahan teknis internal, terutama pada sistem DNS.
Fenomena ini menunjukkan kerentanan infrastruktur digital global di tengah meningkatnya ketergantungan pada konektivitas. Gangguan internet tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga mengganggu aktivitas ekonomi, pendidikan, dan keamanan nasional.(*)