Indonesia Jadi Target Utama Ransomware di Asia Tenggara, Kerugian Capai Rp476 Miliar

Selasa 19 Aug 2025 - 15:03 WIB
Reporter : Edi Prasetya
Editor : Edi Prasetya

RADARLAMBARBACAKORAN.CO – Ancaman kejahatan siber di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Data terbaru Kaspersky mengungkap Indonesia menempati posisi teratas di Asia Tenggara sebagai sasaran serangan ransomware, dengan total 57.554 insiden sepanjang tahun lalu. Jumlah ini jauh melampaui negara-negara tetangga, menandakan tingginya risiko digital yang harus diantisipasi.

Ransomware merupakan jenis malware yang digunakan untuk tujuan finansial, di mana pelaku menuntut tebusan dengan ancaman membuka data sensitif atau mengunci akses sistem secara permanen. Serangan biasanya dikirim melalui email spam, lalu dieksekusi dalam bentuk kode biner berbahaya yang mengenkripsi file penting seperti dokumen, gambar, hingga database.

Salah satu insiden paling menonjol di Indonesia adalah peretasan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2, yang sempat melumpuhkan sejumlah layanan publik pada 2024. Peristiwa itu menjadi bukti nyata bahwa serangan siber tidak hanya menyasar individu atau perusahaan, melainkan juga infrastruktur vital negara.

Direktur Tim Riset & Analisis Global Kaspersky (GReAT), Igor Kuznetsov, menilai Indonesia menghadapi dilema antara pertumbuhan ekonomi digital yang cepat dengan kerentanan keamanan yang semakin kompleks. Menurutnya, akselerasi teknologi seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan jaringan 5G, memberi peluang besar sekaligus membuka celah serangan baru.

Berdasarkan catatan Kaspersky, sepanjang tahun lalu terdapat sekitar 20 juta serangan siber yang ditujukan kepada pengguna internet di Indonesia. Dari jumlah itu, sekitar 3 juta berbentuk eksploitasi dan 3 juta lainnya berupa backdoor. Serangan perbankan juga cukup masif, dengan lebih dari 649.267 upaya malware finansial yang mengincar pengguna. Data ini sejalan dengan laporan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) yang menerima 800 ribu aduan terkait penipuan perbankan.

Dampaknya sangat signifikan, dengan kerugian finansial akibat kejahatan siber di Indonesia mencapai Rp476 miliar.

Selain ancaman ransomware dan malware perbankan, Indonesia juga menjadi target kelompok Advanced Persistent Threats (APT). Beberapa kelompok yang tercatat aktif antara lain Mysterious Elephant, Spring Dragon, Ocean Lotus, Toddycat, Lazarus, Tetris Phantom, dan SideWinder.

Dari kelompok tersebut, SideWinder disebut sebagai yang paling agresif di Asia Pasifik. Kelompok ini secara aktif menargetkan pemerintah, militer, dan entitas diplomatik melalui serangan spear phishing dan platform serangan canggih.

Situasi ini menegaskan bahwa ancaman digital terhadap Indonesia bukan hanya isu teknis, melainkan juga persoalan strategis yang menyangkut keamanan nasional.(*)

Kategori :