Radarlambar.bacakoran.co – Harga dasar lelang frekuensi 1,4 GHz hingga kini belum diumumkan ke publik. Spektrum ini digadang-gadang bisa menghadirkan layanan internet cepat hingga 100 Mbps dengan harga terjangkau. Namun, isu tingginya biaya lelang memunculkan keraguan dari pelaku industri.
Beredar kabar, nilai total lelang frekuensi mencapai Rp 400 miliar, dengan alokasi Rp 230 miliar khusus untuk wilayah Jawa. Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif, menilai biaya yang tinggi justru bisa menghambat misi menghadirkan internet murah bagi masyarakat.
Menurut Arif, sejak awal misi 1,4 GHz adalah memperluas penetrasi internet dengan biaya terjangkau. Namun, dengan harga frekuensi yang besar dan ekosistem teknologi yang masih baru, penyedia layanan akan menanggung beban ganda, mulai dari investasi infrastruktur hingga pembayaran biaya hak penggunaan (BHP) spektrum.
Arif juga menekankan pentingnya pemerintah memberikan relaksasi biaya regulasi jika benar-benar ingin menghadirkan layanan internet yang affordable. Tanpa langkah itu, penyedia layanan akan kesulitan menekan harga jual ke masyarakat.
Di sisi lain, peta jalan teknologi sebenarnya tidak menemui kendala berarti. Iman Hirawadi, Principal Telecom Architect and Business Consultant ZTE Indonesia, memastikan dari sisi vendor siap mendukung penyediaan perangkat 1,4 GHz berbasis TDD.
Hal senada disampaikan Jockie Heruseon, VP Corporate Strategy, Innovation, Sustainability & Marketing Telkomsel, yang menyebut ekosistem dan infrastruktur menjadi kunci keberhasilan implementasi layanan internet cepat berbasis spektrum baru ini.
Hingga kini, industri masih menanti kepastian harga dasar lelang dari pemerintah, yang akan sangat menentukan arah penyediaan internet murah 100 Mbps di Indonesia.(*)