Radarlambar.bacakoran.co – Cincin ikonik Saturnus seolah menghilang dari pandangan Bumi pada 2025. Namun fenomena ini bukan berarti cincin tersebut lenyap selamanya, melainkan peristiwa astronomi yang disebut ring plane crossing.
Fenomena ini terjadi ketika Bumi dan Saturnus berada pada posisi tertentu dalam orbitnya, sehingga cincin planet yang setebal hanya sekitar 1 kilometer terlihat dari sisi tepi. Bagi pengamat di Bumi, cincin itu tampak seperti garis tipis yang nyaris tak kasatmata.
Saturnus sendiri membutuhkan 29,4 tahun Bumi untuk mengelilingi Matahari. Dengan sumbu rotasi miring 26,7 derajat, penampakan cincin berubah-ubah: kadang tampak dari atas, kadang dari bawah, dan pada momen tertentu hanya terlihat tipis.
Melansir Sky at Night Magazine, ring plane crossing hanya terjadi sekali dalam 15 tahun. Meski cincin tak terlihat, astronom justru diuntungkan karena cahaya cincin yang biasanya mengganggu pengamatan menjadi hilang. NASA mencatat, antara 1655 hingga 1980, setidaknya 13 bulan Saturnus ditemukan saat fenomena ini terjadi.
Cincin Saturnus sendiri pertama kali diamati Galileo pada 1610, meski kala itu ia mengira bentuknya seperti "telinga". Baru pada 1655, Christiaan Huygens menjelaskan bahwa itu adalah cincin. Kini, ilmuwan mengetahui Saturnus memiliki tujuh cincin utama (A–G) yang membentang hingga 282 ribu kilometer, namun sangat tipis.
Sayangnya, pada 2025 ini Saturnus berada terlalu dekat dengan Matahari sehingga cincin “hilang” sulit diamati, bahkan dengan teleskop luar angkasa. Planet bercincin itu baru akan muncul kembali dari silau Matahari pada akhir April 2025.
Bagi pecinta astronomi, kesempatan berikutnya untuk menyaksikan fenomena langka ini secara penuh baru akan datang pada 2038. Adapun cincin Saturnus sendiri diperkirakan masih akan bertahan selama sekitar 300 juta tahun sebelum benar-benar lenyap.(*)