Restoran Shawarma Kalkun: Usaha Baru di Pengungsian
Ilustrasi Restoran Shawarma Kalkun. Foto/net--
Menurut data yang dirilis oleh pejabat Palestina di Mesir, lebih dari 120.000 warga Palestina telah melarikan diri ke Mesir sejak November 2023. Mereka menyeberang melalui perbatasan Rafah, satu-satunya jalur keluar Gaza yang kini terhalang setelah Israel mengambil kendali penuh atas sisi Palestina pada awal Mei dan menutupnya hingga kini.
Meskipun Mesir menegaskan tidak akan menerima kamp pengungsi permanen, negara ini telah memberi izin kepada mereka yang memiliki kebutuhan medis atau paspor ganda untuk memasuki wilayahnya. Namun, banyak pengungsi yang harus menghabiskan seluruh tabungan hidup mereka dan membayar biaya yang sangat tinggi—bahkan hingga ribuan dolar—untuk bisa melintasi perbatasan dengan bantuan agen perjalanan swasta.
Mencari Harapan di Tengah Ketidakpastian
Bagi Abu Aoun dan banyak pengungsi lainnya, Kairo memberi kesempatan untuk memulai kembali kehidupan meskipun penuh ketidakpastian. "Kami tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi yang pasti, kami harus terus bertahan," kata Abu Aoun.
Bagi banyak pengungsi Palestina lainnya, Kairo bukan hanya sekadar tempat berteduh, tetapi juga sebuah harapan untuk membangun kembali kehidupan yang hancur di Gaza. Walaupun masa depan mereka penuh ketidakpastian, mereka tetap berjuang untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Perjalanan mereka untuk mengatasi dampak konflik ini masih panjang, dan meskipun perang bisa berhenti kapan saja, luka-luka yang ditinggalkan oleh konflik ini akan terus mempengaruhi mereka dalam waktu yang lama. (*)