Pasar Apung Kalimantan, Keunikan Tradisi dan Perdagangan di Atas Air
Pasar apung yang ada di Kalimantan, salah satu warisan budaya / Foto -- iStock--
Radarlambar.bacakoran.co - Pasar apung Kalimantan merupakan salah satu warisan budaya yang khas dan penuh daya tarik, tidak hanya bagi masyarakat setempat, tetapi juga bagi wisatawan yang datang untuk menyaksikan keunikan sistem perdagangan di atas air.
Pasar apung ini telah ada sejak berabad-abad yang lalu dan berkembang di sepanjang sungai-sungai besar di Kalimantan, seperti Sungai Barito, Sungai Martapura, dan Sungai Kapuas.
Tradisi ini bermula dari kebutuhan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir dan pedalaman Kalimantan, di mana sungai menjadi jalur utama transportasi dan perdagangan. Keberadaan pasar apung ini tidak hanya mencerminkan kearifan lokal dalam beradaptasi dengan lingkungan alam, tetapi juga menggambarkan hubungan yang erat antara masyarakat dengan sungai sebagai sumber kehidupan dan penghidupan mereka.
Pasar apung pertama kali muncul sebagai solusi bagi masyarakat Kalimantan yang hidup di daerah yang sebagian besar terletak di daerah rawa dan pesisir yang sulit dijangkau menggunakan jalur darat. Sejak zaman dahulu, sungai menjadi sarana utama untuk transportasi barang dan manusia.
Dalam konteks ini, pasar apung berkembang sebagai sebuah bentuk interaksi ekonomi yang menggabungkan aspek tradisional dan praktis. Pedagang dan pembeli sama-sama menggunakan perahu sebagai sarana utama untuk melakukan transaksi jual beli. Pasar apung ini dapat ditemukan di berbagai daerah di Kalimantan, tetapi yang paling terkenal adalah pasar apung di Banjarmasin, yang terletak di Provinsi Kalimantan Selatan.
Keunikan pasar apung terletak pada cara pedagang dan pembeli melakukan transaksi di atas air, menggunakan perahu-perahu tradisional yang disebut ketinting atau jukung. Barang yang diperdagangkan di pasar apung biasanya berupa hasil pertanian lokal, ikan segar, sayur mayur, buah-buahan, dan rempah-rempah. Di pasar-pasar apung tertentu, seperti Pasar Apung Lok Baintan di Banjarmasin, aktivitas jual beli dimulai pada pagi hari, bahkan sebelum matahari terbit.
Para pedagang akan membawa perahu mereka yang berisi barang dagangan untuk diperdagangkan kepada pembeli yang juga datang dengan perahu mereka. Sistem transaksi dilakukan dengan cara saling lempar barang dan uang menggunakan jaring atau alat lainnya yang memudahkan pertukaran barang tanpa harus turun dari perahu. Suasana yang dinamis ini tidak hanya menjadi ajang transaksi ekonomi, tetapi juga ajang sosial di mana masyarakat setempat saling berinteraksi satu sama lain.
Pasar apung di Banjarmasin, khususnya Pasar Apung Lok Baintan, menjadi salah satu daya tarik wisata yang sangat populer di Kalimantan. Setiap pagi, wisatawan baik lokal maupun internasional datang berkunjung untuk menyaksikan sendiri bagaimana transaksi jual beli berlangsung di atas sungai. Para wisatawan dapat menyewa perahu untuk mengelilingi pasar apung dan menikmati suasana yang sangat khas tersebut.
Di sini, wisatawan juga dapat mencicipi kuliner tradisional khas Kalimantan seperti soto banjar, ketupat kandangan, dan berbagai macam ikan bakar yang dijajakan oleh pedagang. Selain itu, pemandangan pasar apung dengan perahu-perahu yang berwarna cerah di tengah Sungai Martapura atau Sungai Barito memberikan pengalaman visual yang sangat memukau, menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata yang paling diminati di Kalimantan.
Pasar apung juga memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian lokal. Bagi masyarakat pedesaan dan nelayan, pasar apung menjadi tempat utama untuk memasarkan hasil pertanian dan produk laut mereka. Dengan menggunakan perahu, mereka dapat dengan mudah membawa barang dagangannya ke pasar, yang seringkali tidak dapat dijangkau dengan kendaraan darat.
Hal ini ternyata memungkinkan distribusi barang lebih efisien ke wilayah yang terisolasi. Pasar apung juga memberikan akses yang lebih luas bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik sebagai pembeli maupun penjual. Keberadaannya berfungsi tidak hanya sebagai pusat perdagangan, tetapi juga sebagai pusat kehidupan sosial yang menghubungkan berbagai lapisan masyarakat.
Namun, meskipun pasar apung memiliki nilai budaya dan ekonomi yang tinggi, keberadaannya kini menghadapi berbagai tantangan. Salah satu masalah utama adalah kerusakan lingkungan, khususnya penurunan kualitas air akibat deforestasi dan polusi.
Selain itu, perkembangan infrastruktur dan urbanisasi juga mempengaruhi eksistensi pasar apung di beberapa daerah. Beberapa sungai yang menjadi jalur utama pasar apung semakin dangkal akibat sedimentasi, yang dapat menghambat aktivitas pasar.
Pemerintah setempat dan masyarakat setempat mulai mengimplementasikan program pelestarian dengan menjaga kebersihan sungai dan menyediakan pelatihan untuk pedagang agar dapat terus menjalankan kegiatan pasar apung ini dengan lebih modern tanpa mengorbankan tradisi.
Beberapa upaya juga dilakukan untuk memperbaiki fasilitas wisata di sekitar pasar apung, sehingga menarik lebih banyak wisatawan sambil tetap mempertahankan nilai-nilai budaya lokal.(*)