Meningkatkan Ekonomi Desa dengan Mengolah Limbah Batok Kelapa Menjadi Arang Briket
Arang Breket. Foto/net --
Radarlambar.bacakoran.co - Di Desa Gucialit, Lumajang, Jawa Timur, proses pembuatan arang briket dari limbah batok kelapa telah membuka peluang ekonomi baru bagi warga setempat.
Pada pagi hari, suara deru mesin diesel sudah terdengar jelas di rumah Nur Hasan, yang menjadi salah satu pelopor usaha pengolahan limbah kelapa ini. Para pekerja dengan cekatan menyusun arang briket yang terbuat dari batok kelapa, yang mudah didapat di sekitar desa.
Limbah kelapa yang sebelumnya dianggap sampah, kini telah berubah menjadi komoditas yang memiliki nilai jual tinggi, bahkan hingga ke pasar ekspor.
Berawal dari Keprihatinan
Nur Hasan merasa prihatin saat melihat limbah kelapa yang menumpuk di desanya. Dia sadar bahwa limbah ini bisa diolah menjadi produk bernilai tinggi yang tidak hanya bermanfaat untuk lingkungan tetapi juga dapat mendatangkan pundi-pundi uang. Hasan pun mulai mencari informasi tentang cara mengolah limbah batok kelapa menjadi arang briket melalui YouTube. Ternyata, proses pembuatan arang briket cukup sederhana dan murah, serta dapat memberikan keuntungan besar.
Proses Pembuatan Briket
Proses pembuatan arang briket ini cukup sederhana, dimulai dengan pembakaran batok kelapa untuk menghasilkan arang. Setelah dibakar, arang dijemur selama 4 hingga 5 hari. Proses selanjutnya adalah memasukkan bubuk arang ke dalam mesin pencetak untuk membentuk briket. Setelah dicetak, briket yang masih basah dipotong dan dibiarkan mengering. Hasan menyebutkan bahwa dia hanya mencari tahu cara pembuatan briket ini dari internet dan mulai mengaplikasikannya di desa.
Omzet Menggiurkan
Meski usaha ini terbilang sederhana, hasilnya cukup mengejutkan. Hasan dapat mengolah hingga 600 kilogram arang briket per hari, atau sekitar 15 ton per bulan. Dengan kapasitas produksi tersebut, Hasan harus mencari pasokan batok kelapa hingga keluar daerah, seperti ke Kabupaten Malang dan beberapa kota di Pulau Sumatera. Untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat, Hasan harus meningkatkan pasokan bahan baku agar dapat terus menjaga kelancaran produksi.
Pemasaran yang Luas
Produk arang briket dari Desa Gucialit tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, tetapi juga telah menembus pasar ekspor.
Negara-negara seperti Turki dan Arab Saudi kini menjadi pembeli tetap, yang didapatkan melalui jejaring sosial seperti Facebook.
Di pasar domestik, harga briket berkisar antara Rp 10.000 hingga Rp 30.000 per kilogram, sementara di pasar internasional, harga briket bisa mencapai USD 10 per kilogram (sekitar Rp 158.000).
Dengan harga tersebut, Hasan berhasil meraih keuntungan bersih sekitar Rp 45 juta hingga Rp 50 juta per bulan.
Dampak Ekonomi yang Positif
Kesuksesan Nur Hasan dalam mengolah limbah batok kelapa menjadi arang briket bukan hanya berdampak pada dirinya pribadi, tetapi juga membuka peluang kerja bagi warga desa lainnya.
Mereka dapat bekerja sebagai pekerja produksi, mulai dari pengumpulan bahan baku, pembakaran arang, hingga pencetakan briket.
Proses produksi yang sederhana tetapi menghasilkan keuntungan besar ini menunjukkan bahwa kreativitas dan keberanian melihat peluang usaha dapat menghasilkan dampak ekonomi yang signifikan.
Limbah kelapa, yang sebelumnya dianggap sampah, kini menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan, baik dalam bentuk rupiah maupun dolar. Sebuah contoh nyata bahwa dengan kerja keras dan inovasi, sampah bisa menjadi peluang usaha yang menguntungkan. (*)