Gubernur Bank Indonesia: Isu Penggeledahan Kantor BI oleh KPK Bisa Pengaruhi Nilai Tukar Rupiah
Gubernur BI, Perry Warjiyo.//Foto:dok/net--
Radarlambar.Bacakoran.co - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa isu terkait penggeledahan kantor pusat BI yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sehubungan dengan kasus dugaan korupsi pemanfaatan dana Corporate Social Responsibility (CSR) bisa memengaruhi nilai tukar rupiah. Perry mengungkapkan bahwa pasar cenderung sangat sensitif terhadap berita apapun yang beredar, termasuk yang menyangkut lembaga penting seperti Bank Indonesia.
Dalam konferensi pers setelah Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, pada Rabu (18/12/2024), Perry menyebutkan bahwa setiap isu yang muncul dapat memengaruhi kondisi pasar, yang pada gilirannya bisa berdampak pada nilai tukar rupiah. Semua berita itu memang bisa berpengaruh pada kondisi pasar, termasuk nilai tukar.
Komitmen BI Menjaga Stabilitas Nilai Tukar
Meski menghadapi dinamika pasar yang terpengaruh oleh berbagai isu, Perry menegaskan bahwa BI tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Ia menyampaikan bahwa Bank Indonesia akan terus memantau dan merespons berita-berita yang dapat mempengaruhi pasar. BI memiliki sejumlah instrumen untuk melakukan intervensi pasar, baik melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) maupun melalui penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Menurut Perry, Bank Indonesia akan terus menjaga stabilitas nilai tukar melalui intervensi pasar, baik itu dengan membeli SBN di pasar sekunder maupun langkah lainnya seperti penerbitan SRBI.
Pelemahan Rupiah dan Ketidakpastian Global
Hingga 17 Desember 2024, BI mencatatkan bahwa nilai tukar rupiah mengalami pelemahan sebesar 1,37% dibandingkan bulan sebelumnya. Perry menjelaskan bahwa penyebab utama pelemahan ini adalah meningkatnya ketidakpastian global, terutama yang berkaitan dengan kebijakan moneter di Amerika Serikat. Akibat dari ketidakpastian itu memperburuk sentimen pasar dan menyebabkan penguatan dolar AS.
Ditambahkan Perry, ketidakpastian global, terutama terkait dengan arah kebijakan moneter AS, serta penguatan dolar AS, menjadi faktor utama yang memengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah. Selain itu, risiko geopolitik yang terus berlanjut juga memperburuk kondisi pasar.
Perry juga mengingatkan bahwa investor global cenderung memindahkan portofolionya ke instrumen mata uang dan surat utang AS sebagai respons terhadap ketidakpastian geopolitik dan kebijakan AS yang masih berfluktuasi.
Dengan berbagai tantangan tersebut, BI tetap berusaha untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mengurangi dampak negatif dari fluktuasi nilai tukar terhadap perekonomian Indonesia.(*)