Waspada DBD! Puskesmas Bangkunat Catat 28 Kasus di 2024
UPTD Puskesmas Bangkunat.--Foto Dok---
BANGKUNAT - Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas Bangkunat, Kabupaten Pesisir Barat (Pesbar), mencatat setidaknya terdapat 28 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sepanjang tahun 2024. Kasus-kasus itu tercatat mulai dari Januari hingga Desember, dengan puncak kejadian pada Februari, yang tercatat 12 kasus karena bertepatan dengan musim penghujan.
Selain itu, Januari tercatat tujuh kasus, Maret tiga kasus, April empat kasus, dan Agustus serta September masing-masing satu kasus. Kondisi ini menandakan bahwa meskipun ada upaya pencegahan, DBD masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan di wilayah Kecamatan Bangkunat.
Kepala UPTD Puskesmas Bangkunat, Maria Susanti, S.Tr.Keb., menjelaskan bahwa, meskipun jumlah kasus DBD di tahun 2024 tidak mengalami lonjakan drastis, namun keberadaan kasus ini tetap menjadi perhatian bersama. Ia menyebutkan, musim penghujan menjadi faktor utama yang memicu meningkatnya jumlah kasus DBD, mengingat nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor penyakit ini berkembang biak di tempat-tempat yang tergenang air.
“Karena itu, kita mengimbau agar masyarakat tidak lengah dan tetap waspada terhadap potensi penyebaran penyakit ini,” kata Maria Susanti, Sabtu 28 Desember 2024.
Dikatakannya, Puskesmas Bangkunat terus berupaya melakukan berbagai langkah pencegahan dengan melibatkan masyarakat secara aktif. Salah satu upaya utama yang digencarkan yakni Gerakan 3 M Plus, yang terdiri dari menguras, menutup, dan mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Gerakan ini diharapkan dapat mengurangi jumlah tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, yang sering ditemukan pada barang-barang bekas seperti kaleng, botol, dan ban yang dapat menampung air hujan.
“Puskesmas Bangkunat juga terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dengan cara menaburkan abate di tempat penampungan air yang tidak bisa dikuras,” jelasnya.
Menurutnya, kesadaran masyarakat sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus DBD di tahun berikutnya. Terutama selama musim hujan, yang sering kali menjadi musim puncak penyebaran penyakit ini, kebersihan lingkungan menjadi kunci utama dalam menekan angka kasus DBD. Pencegahan itu bukan hanya tugas puskesmas atau pemerintah saja, namun harus didukung oleh seluruh lapisan masyarakat.
“Setiap individu memiliki peran dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar, dengan cara yang sangat sederhana, seperti memastikan tidak ada tempat penampungan air yang terbengkalai,” ujar Maria.
Ditambahkannya, pihaknya berharap agar kerjasama yang lebih intensif dapat terus dilakukan. Dengan adanya kesadaran yang lebih tinggi dari masyarakat tentang bahaya dan pencegahan DBD, diharapkan jumlah kasus dapat berkurang secara signifikan, bahkan mengarah pada terciptanya lingkungan yang bebas dari penyakit yang ditularkan oleh nyamuk tersebut.
“Kita juga terus melakukan sosialisasi secara berkala untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai gejala DBD, cara penanggulangan, dan pentingnya deteksi dini untuk mempercepat pengobatan,” pungkasnya.(yayan/*)