Perundingan di Qatar: Upaya Terakhir untuk Mengakhiri Perang Gaza
Perundingan di Qatar: Upaya Terakhir untuk Mengakhiri Perang Gaza . Foto/net--
Radarlambar.bacakoran,co -Para negosiator bertemu di Qatar pada Selasa, 14 Januari 2025, untuk menyelesaikan rincian rencana guna mengakhiri perang di Gaza. Pertemuan tersebut digelar setelah Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyatakan bahwa gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera kemungkinan akan tercapai dalam waktu dekat. Seorang pejabat yang mengetahui jalannya negosiasi menyampaikan bahwa para mediator telah memberikan draf perjanjian kepada Israel dan Hamas pada Senin, 13 Januari 2025, setelah terjadi terobosan dalam pembicaraan di Doha yang melibatkan utusan dari kedua pemerintahan AS yang ada, baik yang diwakili oleh Biden maupun oleh presiden terpilih, Donald Trump.
Menurut sumber yang dekat dengan pembicaraan, diharapkan bahwa kesepakatan tersebut akan tercapai pada Selasa, jika tidak ada hambatan. Utusan dari pemerintahan Biden, Brett McGurk, dan utusan dari pemerintahan Trump, Steve Witkoff, turut hadir dalam pertemuan yang dipandu oleh Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani. Israel diwakili oleh pejabat tinggi keamanan mereka, termasuk David Barnea dari Mossad dan Ronen Bar dari Shin Bet.
Biden mengungkapkan bahwa kesepakatan yang sedang dibahas bertujuan untuk membebaskan sandera, menghentikan pertempuran, memberikan keamanan bagi Israel, dan meningkatkan bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina yang menderita akibat perang yang dipicu oleh serangan Hamas pada Oktober 2023. Jika tercapai, gencatan senjata ini bisa menandai akhir dari pertempuran yang telah menghancurkan Gaza, menewaskan puluhan ribu warga Palestina, dan membuat sebagian besar penduduk kehilangan tempat tinggal.
Kesepakatan ini juga diharapkan dapat meredakan ketegangan di Timur Tengah, yang telah memicu konflik lebih luas di wilayah seperti Tepi Barat, Lebanon, Suriah, Yaman, dan Irak, serta menambah kekhawatiran akan potensi perang besar antara Israel dan Iran.
Dalam kesepakatan yang sedang dibahas, Hamas diharapkan membebaskan sekitar 100 sandera yang masih ditahan sejak serangan pada 7 Oktober 2023, sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina. Sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut menyatakan bahwa rencana tersebut mencakup pembebasan 33 sandera pada tahap pertama, termasuk anak-anak, wanita, dan beberapa tentara wanita, serta pria berusia lebih dari 50 tahun dan yang terluka. Israel diperkirakan akan menarik sebagian pasukannya secara bertahap.
Pertempuran masih terus berlangsung, dengan serangan Israel yang baru-baru ini menewaskan puluhan warga Palestina. Hingga kini, satu-satunya gencatan senjata yang telah tercapai adalah pada November 2023, yang berlangsung hanya selama sepekan. Sementara itu, pertempuran di Gaza tetap intens, terutama di wilayah utara, tempat Israel mengklaim berusaha mencegah pengumpulan kekuatan Hamas.
Namun, dengan pelantikan Trump yang semakin dekat pada 20 Januari, negosiasi ini dianggap sebagai kesempatan terakhir untuk mencapai kesepakatan sebelum masa jabatan Biden berakhir. Trump sendiri telah menyatakan bahwa akan ada konsekuensi berat jika sandera yang ditahan oleh Hamas tidak dibebaskan sebelum ia menjabat. (*)