Ketahui Tantangan Dalam Budidaya Ikan Guppy

Budidaya ikan guppy / Foto--iStock--

Radarlambar.Bacakoran.co - Ikan guppy merupakan salah satu jenis ikan hias berukuran kecil yang memiliki banyak penggemar. Popularitas ikan ini bahkan mencatat lonjakan permintaan hingga 400–500% pada Mei 2021. Jika seorang penangkar memiliki reputasi baik dan mampu menghasilkan ikan guppy berkualitas unggul, ikan hasil budidaya tersebut akan selalu laris di pasaran. Namun, di balik potensinya yang menjanjikan, terdapat sejumlah tantangan yang kerap dihadapi dalam budidaya ikan guppy.

Meski secara umum budidaya ikan guppy tergolong mudah, menghasilkan guppy dengan kualitas unggul bukanlah perkara sederhana. Menurut seorang penangkar guppy asal Medan, memahami karakteristik ikan dan mengetahui kriteria guppy berkualitas adalah hal yang sangat penting. Jika penangkar kurang memahami aspek-aspek tersebut, mereka berisiko mengalami kerugian. Hal ini sering kali disebabkan oleh godaan untuk membudidayakan berbagai jenis guppy tanpa pengetahuan mendalam mengenai jenis yang memiliki nilai unggul di pasar.

Kesalahan tersebut dapat berdampak pada kualitas budidaya yang kurang optimal. Ketika mutu ikan tidak terkontrol, harga jualnya pun menjadi rendah, sementara harga induk guppy relatif mahal. Hal ini jelas dapat merugikan penangkar. Selain itu, semakin banyak varian guppy yang dibudidayakan, semakin besar pula kebutuhan lahan untuk penangkaran. Bagi penangkar pemula yang memiliki keterbatasan lahan, sebaiknya fokus pada satu jenis atau varian terlebih dahulu. Menjaga kualitas dan reputasi hasil budidaya sangatlah penting, karena mutu ikan yang buruk dapat mengurangi minat pembeli terhadap produk penangkaran.

Tantangan lain yang sering dihadapi dalam budidaya ikan guppy adalah ancaman penyakit, terutama yang disebabkan oleh infeksi cendawan. Infeksi ini biasanya menyerang bagian ekor ikan dan ditandai dengan munculnya titik putih. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada ekor, yang tampak seperti terbakar, hingga akhirnya mengakibatkan kematian ikan.

Faktor utama yang menyebabkan infeksi cendawan antara lain kualitas pakan yang buruk, penundaan dalam mengganti air akuarium, dan tingginya kadar amonia dalam air. Sayangnya, ikan yang sudah terserang penyakit ini jarang bisa pulih sepenuhnya. Salah satu penangkar di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, pernah mengalami kasus serupa, di mana serangan penyakit mengakibatkan tingkat sintasan anakan guppy menurun drastis hingga hanya mencapai 50%. Kondisi ini jelas berdampak pada kerugian bagi usaha penangkaran.

Untuk mencegah serangan penyakit, penangkar perlu memperhatikan kualitas pakan, mengganti air akuarium secara rutin sebanyak 30–50% setiap dua hari, serta membersihkan akuarium secara menyeluruh minimal satu kali dalam sepekan. Dengan langkah-langkah ini, penangkar dapat meminimalkan risiko penyakit sekaligus menjaga kualitas ikan guppy yang dihasilkan.  

Meskipun budidaya ikan guppy memiliki sejumlah tantangan, pengelolaan yang baik dan perhatian terhadap detail dapat membantu penangkar mencapai hasil yang optimal dan mendukung keberlangsungan usaha mereka.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan