Drama Pemecatan ASN Kemendiktisaintek Berakhir dengan Perdamaian
AKSI - Demo Pemecatan ASN Kemendiktisaintek Berakhir dengan Perdamaian. Foto/Detik--
Radarkambar.bacakoran.co– Polemik pemecatan mendadak Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) akhirnya berakhir damai.
Aksi protes yang sempat dilakukan pegawai kementerian terhadap Menteri Satryo Soemantri Brodjonegoro kini telah menemukan titik terang setelah adanya pertemuan antara pihak terkait.
Awal Mula Kontroversi
Kasus ini bermula ketika seorang pegawai bernama Neni Herlina mengaku diberhentikan secara tiba-tiba dari jabatannya. Keputusan tersebut memicu reaksi dari para pegawai lain yang kemudian menggelar aksi protes di kantor Kemendiktisaintek.
Menurut Neni, pemecatannya terjadi tanpa alasan yang jelas. Ia bahkan mengaku sempat menerima pesan langsung terkait pemecatannya dan diminta untuk tidak hadir di kantor. Salah satu pemicu ketegangan adalah insiden pemasangan internet di rumah dinas Menteri, yang menurut Neni berujung pada kemarahan sang Menteri dan berakhir dengan keputusan pemecatan terhadap dirinya serta seorang rekannya, Angga.
Bantahan dari Menteri
Menanggapi isu ini, Menteri Satryo Soemantri Brodjonegoro membantah tudingan pemecatan sepihak. Ia menjelaskan bahwa kementeriannya tengah menjalankan kebijakan mutasi pegawai dalam rangka penyesuaian setelah pemekaran Kemendikbudristek menjadi tiga kementerian yang berbeda.
Menurutnya, aksi demonstrasi terjadi karena beberapa pegawai menolak dimutasi ke kementerian lain. Ia juga menepis tuduhan bahwa dirinya memiliki temperamen buruk dan kerap bersikap kasar terhadap pegawai.
Akhir yang Damai
Setelah melalui berbagai perbincangan, Sekretaris Jenderal Kemendiktisaintek, Togar M Simatupang, mengonfirmasi bahwa permasalahan ini telah diselesaikan secara damai. Dalam pertemuan yang digelar di rumah dinas Menteri pada Senin malam, semua pihak menyampaikan aspirasi mereka dan akhirnya mencapai kesepakatan.
Togar menegaskan bahwa Neni dan Angga tetap bekerja di Kemendiktisaintek, dan menilai insiden ini sebagai bentuk miskomunikasi yang dapat terjadi dalam organisasi yang tengah beradaptasi.
"Dalam dinamika organisasi, perbedaan pendapat itu wajar. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapinya dengan kepala dingin," ujar Togar.
Dengan berakhirnya konflik ini, diharapkan stabilitas dan profesionalisme di lingkungan Kemendiktisaintek dapat kembali terjaga. (*)