Revitalisasi Kawasan Pecinan Semarang Menyambut Imlek 2025

Kawasa Pencinan Semarang Bersoleh Menjelang Imlek. Foto Dok Pemkot Semarang--
Radarlambar.bacakoran.co -Kawasan Pecinan di Semarang, Jawa Tengah, telah dihiasi oleh keindahan lampion-lampion yang menggantung di sepanjang Gang Warung hingga Gang Baru, menyambut perayaan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili pada Rabu (29/1/2025). Momen tersebut memberikan suasana ceria dan semarak, tetapi di balik kemeriahan tersebut, kawasan Pecinan memiliki sejarah yang panjang dan menarik.
Menurut pemerhati sejarah Kota Semarang, Johanes Christiono, sebelum menjadi Pecinan seperti yang kita kenal sekarang, banyak orang Tionghoa yang awalnya menetap di Sam Poo Kong. Namun, setelah melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda (VOC), warga Tionghoa dipindahkan ke daerah pinggiran Kali Semarang untuk memudahkan pengawasan. Johanes juga mengungkapkan bahwa pada abad ke-18, VOC menetapkan kawasan tertentu bagi orang Tionghoa untuk tinggal, yang dikenal dengan nama Chinezen Kamp atau Pecinan, yang saat ini berada di wilayah Kecamatan Semarang Barat.
Kawasan Pecinan mulai berkembang setelah berakhirnya Perang Semarang pada tahun 1741, yang melibatkan konflik antara VOC, warga Tionghoa, dan Jawa. Perang ini merupakan lanjutan dari peristiwa pembantaian terhadap orang Tionghoa di Batavia pada tahun 1740. Para warga Tionghoa yang selamat melarikan diri ke Jawa Tengah dan bergabung dalam perjuangan melawan VOC dengan bantuan penguasa Jawa dari Kartasura.
Pada masa penjajahan Belanda, pemerintah kolonial menerapkan aturan seperti wijkenstelsel, yang mengharuskan orang Tionghoa untuk tinggal di kawasan Pecinan dari tahun 1835 hingga 1915. Selain itu, aturan passenstelsel juga diberlakukan, yang mewajibkan warga Tionghoa memiliki izin resmi untuk bepergian keluar dari kawasan Pecinan. Kawasan tersebut dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti jalan, pasar, dan tempat ibadah, termasuk kelenteng yang menjadi tempat peribadatan bagi penganut Khonghucu, Buddha, dan Taoisme.
Saat ini, kawasan Pecinan Semarang sedang menjalani tahap revitalisasi yang dimulai menjelang perayaan Imlek 2025. Revitalisasi ini mencakup perbaikan infrastruktur seperti jalan, saluran air, dan area pejalan kaki di beberapa ruas jalan. Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengungkapkan bahwa anggaran yang dialokasikan untuk proyek revitalisasi ini sebesar Rp 10,5 miliar dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2024. Salah satu perubahan yang paling terlihat adalah pemasangan lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) di lokasi-lokasi seperti Jalan Pekojan, Gang Mangkok, dan Gang Pasar Baru.
Hevearita berharap bahwa dengan adanya revitalisasi, kawasan Pecinan dapat memberikan kontribusi lebih besar bagi sektor pariwisata Kota Semarang, terutama dengan mengintegrasikan Pecinan ke dalam kawasan wisata Semarang Lama bersama dengan Kota Lama dan Kampung Melayu. Kawasan Pecinan yang lebih tertata ini diharapkan dapat menjadi pusat perdagangan yang dapat menarik lebih banyak wisatawan.
Kelenteng Tay Kak Sie, salah satu kelenteng terbesar di kawasan Pecinan, juga menjadi salah satu ikon utama Kota Semarang. Kelenteng ini dikenal sebagai tempat yang sering digunakan untuk peribadatan dan perayaan keagamaan oleh umat Tionghoa. Seiring dengan revitalisasi kawasan Pecinan, pemerintah berharap Kelenteng Tay Kak Sie akan lebih dikenal dan dapat mendorong aktivitas ekonomi di sekitar kawasan tersebut.
Dengan revitalisasi yang terus dilakukan, kawasan Pecinan Semarang diharapkan menjadi destinasi yang lebih nyaman dan menarik, terutama bagi wisatawan asal Tiongkok yang ingin berkunjung untuk beribadah atau bernostalgia dengan sejarah dan kebudayaan Tionghoa di Semarang. Diharapkan juga bahwa perbaikan ini dapat meningkatkan perekonomian lokal dan memberikan kenyamanan lebih bagi para pengunjung, khususnya menjelang perayaan Imlek.