SBY Beri Pesan ke Menkeu dan Bos BI: Tinggalkan Ego, Jaga Rupiah!

Presiden ke 6 RI Susilo Bambang Yundhoyono-Foto dok/net-

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden ke-6 Indonesia, kembali mengingatkan pentingnya sinergi antara pemerintah dan otoritas moneter dalam menghadapi tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

Selama dua periode kepemimpinannya dari 2004 hingga 2014, Indonesia menghadapi dua krisis besar: Krisis Keuangan Global 2008/2009 dan Taper Tantrum 2013/2014. 

Dalam periode tersebut, nilai tukar rupiah melonjak dari sekitar Rp 9.620 per dolar AS pada Oktober 2009 menjadi Rp 12.080 per dolar AS pada Oktober 2014.

SBY menekankan bahwa pengalaman tersebut dapat menjadi pembelajaran dalam menghadapi situasi saat ini, di mana kurs rupiah terus berada di atas Rp 16.000 per dolar AS.

Menurutnya, dalam menghadapi tekanan nilai tukar, koordinasi antara pemerintah dan Bank Indonesia sangat krusial.

Setiap kali rupiah tertekan, SBY selalu meminta Menteri Keuangan dan Gubernur BI untuk duduk bersama dan menciptakan bauran kebijakan yang tepat.

Ia menegaskan bahwa jika hanya mengandalkan kebijakan moneter, maka pertumbuhan ekonomi bisa terganggu karena kenaikan suku bunga akan meningkatkan biaya pinjaman bagi dunia usaha dan konsumen.

Sebaliknya, jika kebijakan lebih berfokus pada pertumbuhan ekonomi tanpa mempertimbangkan stabilitas kurs, ada risiko besar keluarnya modal asing, seperti yang terjadi pada krisis 1998.

SBY menekankan pentingnya kerja sama dan mengesampingkan ego masing-masing pihak demi kepentingan negara. 

Ia menyebut bahwa solusi terbaik adalah menciptakan bauran kebijakan moneter dan fiskal yang harmonis. 

Selain itu, pemerintah juga harus berkomunikasi dengan sektor swasta dan komunitas bisnis untuk menjaga kepercayaan pasar.

Ia juga menyoroti strategi ekspor sebagai langkah strategis dalam menghadapi depresiasi rupiah. 

Ketika nilai tukar melemah, harga barang ekspor menjadi lebih kompetitif, sehingga pemerintah dan dunia usaha harus memanfaatkan peluang tersebut. 

SBY mengingatkan bahwa strategi "competitive depreciation" sering digunakan oleh negara-negara lain untuk memperkuat daya saing perdagangan mereka.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan