Masjid Cheng Hoo Palembang: Simbol Akulturasi Islam dan Budaya Tionghoa

Masjid Al-Islam Muhammad Cheng Hoo di Kota Palembang menawarkan perpaduan harmonis antara budaya Islam dan Tionghoa dalam desainnya.//Foto:dok/net.--
Radarlambar.Bacakoran.co - Masjid Al-Islam Muhammad Cheng Hoo, atau dikenal sebagai Masjid Cheng Hoo Sriwijaya di Kota Palembang, menjadi salah satu ikon religi yang mencerminkan perpaduan budaya Islam dan Tionghoa. Dengan arsitektur unik dan nuansa budaya yang kental, masjid ini menarik perhatian banyak pengunjung, baik dari dalam maupun luar kota.
Arsitektur Unik yang Memadukan Dua Budaya
Masjid ini memiliki tampilan mencolok dengan dominasi warna merah muda pada bangunan utamanya. Pilar-pilar merah yang kontras, serta kubah hijau dengan simbol bulan sabit dan bintang di puncaknya, menghadirkan kesan khas masjid-masjid Timur Tengah.
Salah satu keunikan utama Masjid Cheng Hoo terletak pada dua menara yang menyerupai pagoda. Kedua menara ini diberi nama "Habluminallah" dan "Habluminannas", yang melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama. Menara ini terdiri atas lima tingkat, merepresentasikan kewajiban salat lima waktu bagi umat Islam, dengan ketinggian 17 meter yang sesuai dengan jumlah rakaat salat dalam sehari.
Nuansa budaya Tionghoa semakin terasa di bagian dalam masjid yang didominasi warna merah. Ornamen khas Palembang, seperti tanduk kambing di bagian luar menara, serta desain pintu, pagar, dan tiang yang menyerupai arsitektur tradisional Tiongkok, menambah keindahan interior masjid. Gerbang masjid juga mengadopsi gaya Tiongkok dengan pilar merah dan atap limas berwarna kuning emas. Di bagian depan, terdapat papan nama bertuliskan "Masjid Muhammad Cheng Hoo" dalam aksara Mandarin yang menegaskan akulturasi budaya yang harmonis.
Sejarah Pendirian Masjid Cheng Hoo
Menurut Ustaz Yanto, Ketua Masjid Cheng Hoo Palembang, masjid ini didirikan oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) sebagai wadah bagi mualaf keturunan Tionghoa yang ingin memperdalam ajaran Islam. Pembangunan dimulai pada tahun 2002 dan masjid ini resmi digunakan sebagai tempat ibadah pada tahun 2008.
Masjid ini memiliki luas bangunan utama sekitar 40 meter persegi dengan dua lantai. Lantai pertama digunakan untuk jemaah laki-laki, sementara lantai kedua diperuntukkan bagi jemaah perempuan. Secara keseluruhan, masjid ini mampu menampung hingga 500 jamaah.