Krisis Gaza: Ancaman Israel Terhadap Hamas dan Dampak Kemanusiaan yang Semakin Memburuk

Krisis Gaza: Ancaman Israel Terhadap Hamas dan Dampak Kemanusiaan yang Semakin Memburuk. Foto/net--

Radarlambar.bacakoran.co -Tel Aviv, Republika.co.id – Ketegangan antara Israel dan Hamas kembali meningkat setelah Israel mengancam akan melancarkan agresi baru di Jalur Gaza dalam waktu 10 hari, kecuali Hamas segera membebaskan lebih banyak tahanan. Ancaman ini muncul meskipun kedua pihak telah mencapai kesepakatan gencatan senjata pada Januari lalu yang mencakup pertukaran tahanan dan penghentian sementara pertempuran.

Proses Negosiasi yang Terhenti

Israel berusaha untuk melanjutkan kesepakatan, namun negosiasi tahap kedua antara kedua belah pihak mengalami kebuntuan. Pihak Israel menyatakan bahwa mereka tidak dapat menjembatani perbedaan dengan Hamas, yang menyebabkan pembicaraan terhenti. Selain itu, pergantian kepala staf militer Israel juga mempengaruhi kecepatan proses ini. Gencatan senjata tahap pertama yang dimulai pada Januari berakhir pada awal Maret, namun Israel memilih untuk tidak melanjutkan perundingan sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati sebelumnya. Mereka bahkan menutup penyeberangan dan memblokir bantuan kemanusiaan yang akan masuk ke Gaza, dengan ancaman melanjutkan perang jika tuntutan tidak dipenuhi.

Persiapan Israel untuk Tahap Selanjutnya

Perdana Menteri Israel menyatakan bahwa negaranya tidak berencana melanjutkan perundingan karena perbedaan yang dianggap tidak dapat diselesaikan. Israel juga memperingatkan Hamas bahwa jika tidak ada kemajuan dalam pembebasan tahanan, mereka siap untuk melanjutkan konflik lebih luas lagi di beberapa front. Selain itu, Israel menginginkan proses pertukaran tahanan dilanjutkan dalam dua gelombang, namun Hamas menilai usulan ini tidak sesuai dengan perjanjian.

Tanggapan Hamas terhadap Pelanggaran Perjanjian

Hamas menuduh Israel melanggar perjanjian dan mendesak agar mediator internasional mengambil langkah untuk memastikan perjanjian tetap dipertahankan. Hamas menyatakan bahwa mereka telah memenuhi kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati, sementara Israel dianggap berusaha mengubah situasi dan memperpanjang tahap pertama tanpa ada kesepakatan lebih lanjut. Mereka juga menyoroti upaya Israel untuk memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza sebagai bentuk pemerasan terhadap warga Palestina.

Dampak Kemanusiaan yang Semakin Memburuk

PBB dan berbagai organisasi kemanusiaan internasional terus mendesak agar pertempuran di Gaza tidak dilanjutkan karena akan berisiko menambah jumlah korban sipil yang tidak berdosa. Penutupan penyeberangan yang dilakukan oleh Israel memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah genting. Blokade ini menyebabkan lonjakan harga pangan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya, menambah beban kehidupan sehari-hari bagi dua juta warga Gaza yang terperangkap di wilayah tersebut.

Organisasi medis internasional seperti Doctors Without Borders (MSF) juga memperingatkan bahwa penghentian bantuan kemanusiaan akan memperburuk kelangkaan barang-barang vital seperti pangan, air bersih, dan obat-obatan. Tekanan terhadap warga Gaza semakin meningkat dengan meningkatnya harga barang-barang kebutuhan dasar, yang menciptakan ketakutan dan ketidakpastian di kalangan masyarakat.

Seruan untuk Aksi Internasional

Organisasi-organisasi internasional menyerukan kepada komunitas global untuk mengambil tindakan agar bantuan kemanusiaan dapat segera dikirimkan dan agar proses negosiasi kembali dilanjutkan. Ditegaskan bahwa upaya untuk memaksa warga Palestina meninggalkan Gaza bisa dianggap sebagai kejahatan kemanusiaan, mengingat dampaknya yang menghancurkan terhadap kehidupan warga sipil.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan