Panasnya Pidato Kenegaraan Donald Trump: Sebut Joe Biden Presiden Terburuk dan Protes dari Demokrat

Panasnya Pidato Kenegaraan Donald Trump: Sebut Joe Biden Presiden Terburuk dan Protes dari Demokrat. Foto/net--

Radarlambar.bacakoran.co -Dalam pidato kenegaraannya di Gedung Capitol pada Selasa malam (4/3/2025 waktu setempat), Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menggegerkan dengan pernyataannya yang menyebut Joe Biden sebagai presiden terburuk dalam sejarah. Ucapan tersebut langsung memicu reaksi keras dari anggota Partai Demokrat, yang merasa tersinggung dengan tudingan Trump.

Reaksi Keras dari Partai Demokrat
Saat Trump menyebut Biden dengan sebutan tersebut, anggota Kongres Demokrat tidak bisa menahan kemarahan. Beberapa dari mereka dengan lantang mengecam pernyataan Trump dan menyebutnya sebagai kebohongan besar. Ketegangan meningkat ketika anggota Kongres Demokrat, Al Green, berdiri dan berteriak dengan lantang: "Anda tidak memiliki mandat!" yang langsung membuat suasana semakin panas.

Protes dari Green segera diredam oleh suara riuh dari anggota Partai Republik, yang memerintahkan Green untuk duduk. Namun, Green tetap teguh dengan sikapnya, dan akhirnya ia diusir keluar dari ruang sidang, diiringi oleh cemoohan dari para anggota Republik yang tidak setuju dengan protesnya.

Solidaritas dan Protes Visual
Tidak hanya protes verbal, banyak anggota Demokrat yang mengenakan simbol solidaritas dalam pidato tersebut. Beberapa dari mereka mengenakan syal, dasi bergaris, dan pita berwarna kuning dan biru, yang merupakan warna bendera Ukraina, sebagai bentuk dukungan kepada Ukraina yang sedang berperang dengan Rusia. Mereka merasa dikhianati oleh kebijakan Trump yang memutuskan untuk menghentikan bantuan militer sementara ke Kyiv.

Perbedaan suasana antara pidato Trump kali ini dan pidato Presiden Biden pada Maret 2022 sangat terasa. Pidato Biden, yang disampaikan hanya beberapa hari setelah invasi Rusia ke Ukraina, tercatat sebagai momen persatuan bipartisan di Kongres, dengan Demokrat dan Republik bersatu memberikan solidaritas kepada Ukraina.

Tegas dan Kontroversial: Kebijakan "America First" Trump
Pidato Trump yang kali ini menunjukkan kebangkitan kembali kebijakan "America First" yang menjadi ciri khasnya. Sementara itu, beberapa anggota Demokrat datang mengenakan pakaian merah muda, sebagai simbol protes terhadap kebijakan anti-perempuan yang dianggap ada di pemerintahan Trump. Bahkan, Jasmine Crockett, anggota DPR Demokrat dari Texas, melepas jaketnya untuk memperlihatkan kaus bertuliskan "Resist" yang semakin mempertegas sikap penentangan terhadap Trump.

Perbedaan Sikap terhadap Ukraina dan Kebijakan Luar Negeri
Trump juga menyampaikan pidato ini tepat setelah mengumumkan penghentian sementara bantuan militer Amerika kepada Ukraina. Kebijakan ini jelas berbeda dengan pendekatan yang diambil oleh Biden pada pidato sebelumnya, di mana Presiden Biden mengajak kedua belah pihak di Kongres untuk memberikan dukungan penuh kepada Ukraina. Sebaliknya, Trump kembali pada kebijakan "America First" yang lebih fokus pada kepentingan domestik dan mengurangi keterlibatan AS dalam konflik internasional.

Pidato Trump tersebut tidak hanya menggambarkan ketegangan dalam politik domestik, tetapi juga menunjukkan perbedaan pendekatan luar negeri yang mencolok antara Trump dan Biden, terutama terkait dengan perang Ukraina.

Keadaan yang Memanas di Kongres
Dengan perbedaan pendapat yang semakin tajam, pidato kenegaraan ini memperlihatkan polarisasi yang semakin besar di antara Partai Demokrat dan Partai Republik. Solidaritas yang terlihat pada masa pemerintahan Biden kini berubah menjadi protes terbuka, baik terhadap kebijakan luar negeri maupun kebijakan dalam negeri Trump. Ketegangan ini menjadi gambaran nyata dari kondisi politik AS yang semakin terbagi antara kedua kubu tersebut.



Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan