5 Tanda Anak Terlalu Dimanjakan dan Cara Mengatasinya

Reporter: Romdani |

Editor: Budi Setiawan |

Sabtu , 22 Mar 2025 - 11:51

Anak : Yang terlalu dimanjakan bukanlah hasil dari jumlah hadiah atau fasilitas yang diberikan, melainkan dari bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan emosional mereka. Foto : Dok/Net--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO -Banyak orang menganggap anak manja adalah mereka yang sering tantrum saat keinginannya tidak dipenuhi. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa sifat manja bukan sekadar sikap egois, melainkan dapat berasal dari kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi, batasan yang tidak konsisten, serta kurangnya keterhubungan dengan orang tua.

Berikut adalah lima tanda anak terlalu dimanjakan beserta cara mengatasinya:

1. Sulit Menerima Penolakan

Anak yang sering menentang aturan bukan selalu karena mereka keras kepala, melainkan bisa jadi karena batasan yang diberikan tidak jelas atau sering berubah. Hal ini bisa membuat mereka kebingungan dan merasa tidak memiliki kendali atas keputusan yang mempengaruhi mereka.

Solusi:

Alih-alih hanya mengatakan "tidak" secara tegas, coba akui perasaan anak terlebih dahulu. Misalnya, "Mama/Papa tahu kamu masih ingin bermain, tapi sekarang sudah waktunya tidur." Dengan cara ini, anak lebih mudah memahami bahwa aturan dibuat demi kebaikan mereka.

2. Selalu Mencari Perhatian

Anak yang terus-menerus mencari perhatian bukan berarti ingin menjadi pusat segalanya. Bisa jadi mereka merasa kurang diperhatikan atau belum yakin dengan posisi mereka dalam keluarga.

Solusi:

5 tanda anak terlalu dimanjakan dan cara mengatasinya                            radarlambar.bacakoran.co  -banyak orang menganggap anak manja adalah mereka yang sering tantrum saat keinginannya tidak dipenuhi. namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa sifat manja bukan sekadar sikap egois, melainkan dapat berasal dari kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi, batasan yang tidak konsisten, serta kurangnya keterhubungan dengan orang tua.
 
berikut adalah lima tanda anak terlalu dimanjakan beserta cara mengatasinya:
 
1. sulit menerima penolakan
anak yang sering menentang aturan bukan selalu karena mereka keras kepala, melainkan bisa jadi karena batasan yang diberikan tidak jelas atau sering berubah. hal ini bisa membuat mereka kebingungan dan merasa tidak memiliki kendali atas keputusan yang mempengaruhi mereka.
 
solusi:
alih-alih hanya mengatakan "tidak" secara tegas, coba akui perasaan anak terlebih dahulu. misalnya, "mama/papa tahu kamu masih ingin bermain, tapi sekarang sudah waktunya tidur." dengan cara ini, anak lebih mudah memahami bahwa aturan dibuat demi kebaikan mereka.
 
2. selalu mencari perhatian
anak yang terus-menerus mencari perhatian bukan berarti ingin menjadi pusat segalanya. bisa jadi mereka merasa kurang diperhatikan atau belum yakin dengan posisi mereka dalam keluarga.
 
solusi:
luangkan waktu khusus bersama anak selama 10-20 menit setiap hari tanpa gangguan, seperti bermain, mengobrol, atau mendengarkan mereka dengan penuh perhatian. hal ini membantu mereka merasa lebih dihargai dan tidak perlu mencari validasi berlebihan.
 
3. mudah tantrum untuk mendapatkan keinginannya
tantrum sering kali bukan sekadar cara anak untuk memanipulasi, tetapi merupakan bentuk ekspresi dari emosi yang tidak bisa mereka kendalikan.
 
solusi:
saat anak mengalami tantrum, tetaplah tenang dan akui perasaan mereka, misalnya, "mama/papa tahu kamu sedang kesal." setelah itu, tawarkan kenyamanan tanpa menyerah pada tuntutan mereka, sehingga mereka belajar cara mengelola emosinya dengan lebih baik.
 
4. menghindari tanggung jawab
anak yang enggan membereskan mainannya atau mudah menyerah saat menghadapi tugas bukan berarti malas. bisa jadi mereka terlalu sering dilindungi atau dipaksa mandiri sebelum siap.
 
solusi:
berikan tanggung jawab yang sesuai dengan usia mereka, seperti membantu pekerjaan rumah dalam bentuk aktivitas bersama. fokuslah pada usaha mereka, bukan hanya hasil akhirnya, agar mereka merasa lebih percaya diri.
 
5. kurang bersyukur
jika anak sering merasa tidak puas atau mudah kecewa ketika tidak mendapatkan sesuatu, itu bukan selalu berarti mereka egois. bisa jadi mereka belum memahami arti menghargai sesuatu.
 
solusi:
tanamkan rasa syukur dengan membiasakan berbagi cerita positif, membuat kartu ucapan, atau melakukan kegiatan yang melibatkan kepedulian terhadap orang lain. hindari memberi hadiah sebagai imbalan atas setiap tindakan baik mereka agar mereka memahami nilai kebaikan itu sendiri.
 
anak yang terlalu dimanjakan bukanlah hasil dari jumlah hadiah atau fasilitas yang diberikan, melainkan dari bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan emosional mereka. dengan membangun koneksi yang lebih dalam, setiap tantangan dalam pola asuh bisa menjadi kesempatan untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan kemandirian anak.(*)

Tag

Share

Koran Edisi Terbaru

Baca Koran Radar Lambar - Kamis, 19 Juni 2025

Berita Terkini

Berita Terpopuler

Berita Pilihan