Dalai Lama Umumkan Penerusnya Akan Lahir di Luar China, Tanggapan Beijing Makin Tegang

Dalai Lama Umumkan Penerusnya Akan Lahir di Luar China, Tanggapan Beijing Makin Tegang. Foto/net--
Radarlambar.bacakoran.co -Dalai Lama, pemimpin spiritual Buddhisme Tibet, baru-baru ini mengumumkan bahwa penerusnya akan terlahir di luar China, meskipun pemerintah Beijing berkeras bahwa reinkarnasi Dalai Lama berikutnya harus ditemukan di dalam wilayah China. Pernyataan ini ia sampaikan dalam buku terbarunya, yang menegaskan bahwa tujuan dari reinkarnasi Dalai Lama adalah untuk melanjutkan pekerjaan pendahulunya, dan oleh karena itu, Dalai Lama yang baru akan lahir di dunia yang bebas.
Sebagai tokoh yang sangat berpengaruh, Dalai Lama tidak hanya berfungsi sebagai pemimpin spiritual tetapi juga sebagai simbol perjuangan Tibet untuk kebebasan dan identitas budaya mereka. Namun, pemerintahan China berupaya mengendalikan proses pencarian Dalai Lama berikutnya. Beijing bahkan menetapkan bahwa mereka harus menyetujui reinkarnasi Lama yang senior, termasuk Dalai Lama.
Proses Pemilihan Dalai Lama: Tradisi yang Dalam dan Kontroversial
Bagi umat Buddha Tibet, Dalai Lama merupakan reinkarnasi dari Avalokiteshvara (Chenrezig), dewa welas asih. Menurut ajaran Tibet, Dalai Lama adalah jiwa yang terus dilahirkan kembali untuk mengemban tugas spiritual, dan proses pemilihan Dalai Lama yang baru sangat kompleks. Setelah kematian Dalai Lama yang sebelumnya, para biksu senior memulai pencarian untuk menemukan seorang anak yang diyakini sebagai reinkarnasi Dalai Lama. Anak tersebut akan diberikan berbagai petunjuk, seperti mengenali barang-barang milik Dalai Lama sebelumnya, yang menjadi indikator bahwa ia benar-benar reinkarnasi yang sah.
Meskipun proses ini sudah berlangsung berabad-abad, pemilihan Dalai Lama berikutnya selalu diliputi oleh kontroversi. Beberapa reinkarnasi sebelumnya bahkan tidak diakui oleh para otoritas monastik Tibet, menambah kompleksitas dalam tradisi ini.
Kontrol China dan Pengaruh Internasional
Pemerintah China, yang mengklaim kontrol atas Tibet sejak 1950, sangat menentang pernyataan Dalai Lama yang terbaru. Sejak pengasingan Dalai Lama pada tahun 1959, China berusaha untuk menyingkirkan pengaruh Dalai Lama di Tibet, dengan kebijakan yang semakin keras terhadap ajaran dan budaya Tibet. Pada 2007, China bahkan menetapkan prosedur ketat yang mengharuskan Dalai Lama yang baru untuk mendapatkan persetujuan dari pemerintah mereka.
Sementara itu, Dalai Lama tetap menjadi simbol perjuangan Tibet, meskipun ia telah melepaskan kepemimpinan politiknya pada 2011. Menanggapi ketegangan dengan China, Dalai Lama mengungkapkan bahwa penerusnya harus lahir di tempat yang bebas, sebagai respons terhadap kondisi yang kian membatasi kebebasan di Tibet.
Sebagai tambahan, pemerintah China telah menetapkan pilihan mereka sendiri dalam hal pemilihan Panchen Lama, yang seharusnya memainkan peran kunci dalam pencarian Dalai Lama berikutnya. Namun, pemilihan ini tidak diakui oleh banyak orang Tibet, yang mempertanyakan keabsahan keputusan Beijing.
Masa Depan Reinkarnasi Dalai Lama
Ketegangan ini memunculkan pertanyaan besar tentang bagaimana pencarian Dalai Lama yang baru akan berlangsung. Apakah China akan dapat memaksakan penunjukan Dalai Lama mereka? Atau, apakah umat Tibet akan terus mengikuti figur spiritual yang mereka akui sebagai pemimpin sejati mereka, meskipun penunjukannya ditentang oleh pemerintah Beijing?
Bagi umat Tibet, meskipun mereka dihimpit oleh kontrol fisik China, hati dan pikiran mereka akan tetap loyal kepada figur Dalai Lama yang mereka percayai, terlepas dari upaya Beijing untuk mengubah takdir spiritual mereka. (*)