Indonesia Berpotensi Ekspor Telur, Harga Termurah di Dunia Jadi Keunggulan

Menjelang Ramadan 2025, harga telur di di Tangerang melambung tinggi,//Foto:dok/net.--

Radarlambar.Bacakoran.co – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk mengekspor telur ke pasar global. Hal ini didorong oleh harga telur di dalam negeri yang saat ini tercatat sebagai yang terendah di dunia.

Menurut Amran, harga telur di Indonesia hanya sekitar US$ 1,5 per kilogram atau setara dengan Rp 24.923 per kg. Harga yang lebih kompetitif dibandingkan negara lain ini menjadi faktor utama yang mendorong potensi ekspor.

“Iya, ekspor telur pasti akan terjadi. Bersyukurlah kita karena harga telur di Indonesia hanya US$ 1,5 per kilogram, terendah di dunia. Oleh karena itu, dengan adanya surplus produksi, kita bisa ekspor,” ujar Amran di Kantor Kementerian Pertanian pada Rabu (26/3/2025).

Prioritas dalam Negeri Tetap Diutamakan

Meskipun peluang ekspor terbuka lebar, Amran menegaskan bahwa surplus telur di Indonesia akan lebih dahulu dialokasikan untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG), sebuah inisiatif pemerintah untuk meningkatkan gizi masyarakat.

“Namun, kita akan pastikan terlebih dahulu bahwa kebutuhan dalam negeri, termasuk untuk program makan bergizi gratis, sudah terpenuhi,” lanjutnya.

Sejalan dengan pernyataan Amran, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, juga menegaskan bahwa prioritas utama pemerintah adalah menjaga ketersediaan pangan dalam negeri. Arief menyebutkan bahwa jika terjadi surplus setelah kebutuhan nasional terpenuhi, maka langkah selanjutnya adalah menyimpannya sebagai cadangan pangan sebelum opsi ekspor dipertimbangkan.

“Semua kebijakan pangan mengutamakan pemenuhan produksi dalam negeri. Jika masih ada kebutuhan tambahan, baru kita ambil langkah untuk impor atau ekspor,” kata Arief saat ditemui di kompleks parlemen Senayan, Senin (24/3/2025).

Indonesia Diuntungkan di Tengah Krisis Telur Global

Saat ini, Indonesia tengah menikmati kelebihan pasokan telur yang mencapai sekitar 10% dari kebutuhan nasional. Namun, mayoritas hasil produksi akan disalurkan untuk program MBG yang dirancang untuk menjangkau hingga 82,9 juta penerima di seluruh negeri.

“Jangan lupa, program makan bergizi gratis memiliki lebih dari 5.000 outlet Sentra Pangan Pangan Gratis (SPPG). Jika setiap SPPG mencakup 3.000 orang, maka total penerima bisa mencapai 15 juta. Nanti jika cakupan meningkat hingga 82,9 juta penerima, seluruh surplus telur bisa terserap,” jelas Arief.

Selain itu, Arief menambahkan bahwa ekspor telur membutuhkan teknologi penyimpanan yang lebih canggih karena sifatnya yang mudah rusak. Namun, jika kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi dan ada kelebihan pasokan, pemerintah akan mendukung langkah ekspor ini.

“Jika semua kebutuhan domestik sudah tercover dan kita memiliki cadangan, maka kita bisa mempertimbangkan ekspor. Namun, harus ada teknologi yang memastikan ketahanan telur, karena ini produk yang sangat sensitif,” tambahnya.

Harga Telur Global Melonjak Akibat Eggflation

Di tengah krisis global yang dikenal dengan istilah ‘eggflation’, banyak negara mengalami lonjakan harga telur akibat wabah flu burung dan krisis pasokan. Beberapa negara mencatat kenaikan harga yang signifikan.

Mengutip laporan Love Money pada Senin 24 Maret 2025 lalu, harga telur per kilogram di beberapa negara sebagai berikut:

Swiss: US$ 6,85 (Rp 113.534 per kg)

Selandia Baru: US$ 6,22 (Rp 103.066 per kg)

Singapura: US$ 3,24 (Rp 53.687 per kg)

Amerika Serikat: US$ 4,11 (Rp 68.103 per kg)

Prancis: US$ 4,08 (Rp 67.606 per kg)

Australia: US$ 4,13 (Rp 68.428 per kg)

Dengan harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia, peluang ekspor telur ke negara-negara tersebut semakin terbuka lebar. Jika strategi ini dijalankan dengan baik, Indonesia bisa menjadi salah satu eksportir telur utama di dunia, sekaligus membantu stabilisasi harga dan meningkatkan kesejahteraan peternak lokal.

Dengan potensi besar yang dimiliki, ekspor telur bisa menjadi langkah strategis bagi Indonesia dalam memanfaatkan kelebihan produksi, sekaligus meningkatkan daya saing di pasar internasional. Namun, keseimbangan antara kebutuhan dalam negeri dan ekspor tetap menjadi perhatian utama pemerintah agar ketersediaan pangan tetap terjaga. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan