RI Bangun Kilang Raksasa 1 Juta Barel, Butuh Dana Rp16,5 Triliun

Menteri ESDM Bahlik Lahadalia. Foto-Net--
Radarlambar.bacakoran.co-Pemerintah tengah mengevaluasi strategi terbaik untuk merealisasikan pembangunan kilang minyak berskala besar di dalam negeri. Dalam beberapa tahun terakhir, rencana pembangunan fasilitas pengolahan minyak dengan kapasitas 1 juta barel per hari (bph) telah menjadi fokus, mengingat kebutuhan energi nasional yang terus meningkat. Namun, besarnya investasi yang dibutuhkan membuat pemerintah mempertimbangkan pendekatan yang lebih efisien dan terjangkau.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa pembangunan satu kilang dengan kapasitas besar membutuhkan anggaran yang sangat besar. Perkiraan awal menunjukkan bahwa pembangunan kilang dengan kapasitas 500 ribu bph saja bisa mencapai US$ 13 miliar atau sekitar Rp 16,56 triliun, berdasarkan nilai tukar saat ini. Jika kapasitas ditingkatkan menjadi 1 juta bph, maka investasi yang dibutuhkan akan lebih dari US$ 16 miliar atau sekitar Rp 33,12 triliun.
Tingginya angka investasi ini menjadi salah satu kendala utama dalam merealisasikan proyek tersebut. Oleh karena itu, pemerintah mulai mempertimbangkan alternatif pembangunan kilang dengan kapasitas lebih kecil di berbagai lokasi, yang nantinya bisa terakumulasi hingga mencapai kapasitas yang diinginkan. Strategi ini dinilai lebih fleksibel dan dapat mengurangi beban biaya dibandingkan membangun satu fasilitas besar dalam satu lokasi.
Pemerintah mempelajari model pembangunan kilang modular yang diterapkan di beberapa negara lain. Dalam skema ini, kilang minyak dibangun dalam unit-unit lebih kecil dengan kapasitas sekitar 60 ribu bph di berbagai wilayah strategis.
Jika pendekatan ini diterapkan di Indonesia, maka investasi yang diperlukan untuk mencapai kapasitas 500 ribu bph bisa ditekan hingga setengah dari estimasi awal. Dengan demikian, biaya yang sebelumnya diperkirakan mencapai US$ 13 miliar dapat dikurangi menjadi sekitar US$ 6 miliar.
Langkah ini tidak hanya menawarkan efisiensi dalam hal investasi, tetapi juga memberikan keuntungan dalam aspek distribusi bahan bakar di Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Dengan mendirikan beberapa kilang di titik-titik strategis, pasokan bahan bakar bisa lebih merata dan tidak bergantung pada satu lokasi saja. Ini juga berpotensi mengurangi risiko gangguan operasional yang dapat terjadi jika ada kendala di satu fasilitas utama.
Saat ini, studi kelayakan tengah dilakukan untuk memastikan bahwa pendekatan ini benar-benar optimal bagi Indonesia. Pemerintah sedang mengevaluasi apakah skema pembangunan kilang modular ini lebih efektif dibandingkan membangun kilang dengan kapasitas besar dalam satu lokasi. Selain itu, teknologi yang akan digunakan dalam proyek ini juga menjadi perhatian utama.
Untuk mendapatkan referensi terbaik, pemerintah juga melakukan studi banding ke negara-negara yang telah menerapkan konsep serupa. Beberapa negara di Amerika Latin dan Afrika diketahui telah menggunakan teknologi kilang modular ini dan berhasil mengurangi biaya investasi tanpa mengorbankan efisiensi produksi. Pemerintah Indonesia ingin memastikan bahwa teknologi yang akan diterapkan mampu memenuhi standar operasional yang tinggi serta tetap mendukung ketahanan energi nasional dalam jangka panjang.
Pembangunan kilang minyak dalam negeri merupakan salah satu prioritas pemerintah dalam rangka mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar. Saat ini, Indonesia masih mengimpor sebagian besar kebutuhan bahan bakarnya dari luar negeri, yang membuat ketahanan energi nasional rentan terhadap fluktuasi harga minyak dunia. Dengan adanya kilang dalam negeri yang memadai, diharapkan Indonesia bisa lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan energinya dan mengurangi defisit neraca perdagangan akibat impor bahan bakar yang besar.(*)