Mudik, Tradisi Tak Tergerus Zaman: Kisah Para Perantau Jakarta Pulang ke Kampung Halaman

Amin (33), pria asal Kebumen, Jawa Tengah, yang selalu mudik selama 17 tahun merantau di Jakarta.//Foto:dok/net.--

Cerita serupa juga datang dari Slamet (46), warga Cikarang, Jawa Barat, yang memilih pulang ke kampung halaman di Kutoarjo, Jawa Tengah, bersama keluarga. Baginya, mudik bukan hanya soal pulang secara fisik, tapi juga sebagai bentuk pelestarian budaya dan tradisi.

 

“Pulang kampung itu sudah jadi tradisi bagi masyarakat Indonesia, terutama saat Lebaran. Ini saatnya kita berkumpul dengan keluarga, menjalin kembali silaturahmi yang mungkin sempat terputus karena kesibukan,” ujar Slamet.

 

Selama di kampung, Slamet tak hanya bersilaturahmi, tetapi juga membawa pulang sejumlah kudapan khas daerah sebagai oleh-oleh untuk kerabat di perantauan.

 

“Biasanya bawa lanting, makanan khas Jawa Tengah. Sekalian bawa rasa kampung ke kota,” tambahnya sambil tertawa.

 

Mudik: Antara Tradisi dan Kerinduan

 

Setiap tahun, jutaan perantau melakukan perjalanan panjang menuju kampung halaman. Meski harus menghadapi kemacetan, padatnya transportasi, dan harga tiket yang melambung, semangat untuk bertemu keluarga tetap menjadi alasan utama mereka menempuh perjalanan ini.

 

Lebaran bukan sekadar hari raya, tapi menjadi simbol pertemuan, pengampunan, dan penguatan ikatan keluarga. Tradisi mudik pun menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia—warisan yang terus hidup di tengah modernitas.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan