Mudik, Tradisi Tak Tergerus Zaman: Kisah Para Perantau Jakarta Pulang ke Kampung Halaman

Amin (33), pria asal Kebumen, Jawa Tengah, yang selalu mudik selama 17 tahun merantau di Jakarta.//Foto:dok/net.--
Radarlambar.Bacakoran.co – Libur Lebaran selalu menjadi momen paling dinanti bagi para perantau yang mencari nafkah di Ibu Kota. Di tengah kesibukan dan padatnya kehidupan Jakarta, pulang ke kampung halaman menjadi semacam "ritual suci" untuk melepas rindu dan menjaga tali silaturahmi dengan keluarga tercinta.
Amin (33), salah satu dari jutaan perantau yang tinggal di Jakarta, tak pernah absen untuk mudik setiap Lebaran tiba. Pria asal Kebumen, Jawa Tengah, ini mengaku, sesibuk apapun dirinya di perantauan, ia selalu menyisihkan waktu untuk pulang. Ditemui wartawan di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Sabtu 5 April 2025, Amin mengaku baru saja kembali setelah sepekan berada di kampung halaman.
“Saya pulang dari tanggal 26 Maret kemarin. Alhamdulillah bisa ketemu orang tua lagi,” ujarnya dengan senyum.
Menurut Amin, keberadaan orang tua di kampung menjadi alasan utama dirinya selalu pulang saat Lebaran. Selain sebagai bentuk penghormatan, ia juga tak ingin melewatkan waktu berharga bersama keluarga selagi masih diberi kesempatan.
“Selama orang tua masih ada dan umur masih panjang, saya akan tetap pulang. Lebaran itu momen penting, apalagi buat yang merantau,” tuturnya.
Kisah Amin berawal dari seorang juru parkir di kawasan Jakarta Barat. Seiring waktu, ia meniti karier dan kini bekerja sebagai admin. Meski telah berkeluarga, anak dan istrinya masih tinggal di kampung karena keterbatasan tiket untuk mudik bersama tahun ini.
“Anak dan istri belum bisa ikut karena nggak kebagian tiket. Jadi nanti mereka nyusul,” jelasnya.