Trump Sebut Pemimpin Dunia Desak AS Longgarkan Tarif Impor: "Mereka Memohon"

Kebijakan tarif Trump diumumkan hari ini.//Foto: AP/Evan Vucci.--
Radarlambar.Bacakoran.co – Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali membuat pernyataan kontroversial terkait kebijakan perdagangan internasional yang diterapkannya saat menjabat. Dalam sebuah jamuan makan malam bersama anggota Partai Republik, Trump mengklaim bahwa sejumlah pemimpin dunia pernah memohon secara langsung kepadanya agar diberi keringanan tarif impor.
"Mereka menelepon, memohon, bahkan menjilat saya. Mereka sangat ingin membuat kesepakatan," ujar Trump di hadapan para pendukungnya. Dengan nada mengejek, ia menirukan permintaan para pemimpin dunia yang disebutnya ingin menghindari tarif tinggi atas produk mereka yang masuk ke pasar AS.
Pernyataan ini muncul di tengah kritik atas kebijakan perdagangan proteksionis Trump, termasuk keputusannya memberlakukan tarif tinggi terhadap sejumlah negara—bahkan terhadap sekutu dekat seperti Australia. Trump menegaskan bahwa langkah tersebut merupakan upaya untuk melindungi industri dalam negeri dan mengurangi defisit perdagangan yang menurutnya "terburuk dalam sejarah."
Kepala Perwakilan Dagang AS saat itu, Jamieson Greer, juga menegaskan bahwa kebijakan tarif tidak pandang bulu. Dalam sidang bersama Kongres, Greer menyebut bahwa Australia, meskipun merupakan mitra strategis dalam pakta pertahanan AUKUS, tetap dikenakan tarif standar sebesar 10 persen. Ia berdalih bahwa langkah itu diambil sebagai bagian dari strategi untuk menanggulangi defisit perdagangan AS yang mencapai US$1,2 triliun—angka yang diklaim sebagai warisan dari pemerintahan Presiden Joe Biden.
Senator Demokrat Mark Warner mengkritik kebijakan tersebut, menyebutnya sebagai penghinaan terhadap Australia, salah satu sekutu terkuat Amerika Serikat. Ia mengkhawatirkan bahwa langkah itu dapat merusak hubungan diplomatik dan kerja sama keamanan antarnegara.
Namun, Trump tetap bersikukuh bahwa kebijakan tarif tinggi adalah keputusan yang tepat. Ia menyindir para pengkritiknya sebagai "penipu" dan "bajingan" yang tak peduli terhadap hilangnya lapangan kerja di sektor manufaktur akibat globalisasi. "Saya tahu apa yang saya lakukan," tegasnya.
Pernyataan Trump ini menambah panjang daftar kontroversi dalam pendekatan ekonomi dan politik luar negeri yang ia tempuh selama menjabat. Dengan semakin menguatnya spekulasi mengenai pencalonannya kembali dalam pemilihan presiden mendatang, retorika tajam seperti ini tampaknya akan terus mewarnai dinamika politik AS.