Perang Dagang AS-China Terus Berimbas ke Harga Minyak Dunia

Harga minyak naik tipis karena pasar masih menilai dampak dari ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China. -Foto-ANTARA.--
Radarlambar.bacakoran.co - Harga minyak dunia dibuka menguat tipis namun cenderung stabil pada Rabu, 16 April, di tengah kekhawatiran pelaku pasar terhadap dampak jangka panjang dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China terhadap pertumbuhan ekonomi global dan permintaan energi.
Mengacu pada data Reuters, harga minyak mentah Brent naik 5 sen atau 0,1 persen ke posisi US$64,72 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) asal AS juga mengalami kenaikan sebesar 3 sen atau 0,1 persen menjadi US$61,36 per barel. Pada perdagangan sebelumnya, Selasa 15 April, kedua acuan tersebut mencatatkan penurunan 0,3 persen.
Badan Energi Internasional (IEA) mencatat adanya pelemahan signifikan dalam proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global. Tahun ini, permintaan hanya diperkirakan tumbuh 730 ribu barel per hari, angka yang lebih rendah dari proyeksi bulan lalu sebesar 1,03 juta barel per hari. IEA menyebut ini sebagai pertumbuhan terlemah dalam lima tahun terakhir, dipicu oleh kebijakan tarif dari Presiden AS Donald Trump serta aksi balasan dari mitra dagang, khususnya China.
CEO Emori Fund Management, Tetsu Emori, menilai ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan masih menjadi beban utama di pasar energi. Ia memprediksi bahwa harga minyak WTI dapat kembali menembus angka US$65 apabila pasar saham pulih dari tekanan tarif. Namun, tanpa dukungan dari sektor keuangan, harga minyak kemungkinan tetap bertahan di kisaran US$60-an.
Kebijakan perdagangan AS yang makin agresif serta peningkatan produksi dari kelompok OPEC+ (yang terdiri dari negara-negara OPEC dan mitranya seperti Rusia), telah menekan harga minyak mentah sekitar 13 persen sepanjang bulan ini.
Sejumlah lembaga keuangan global, seperti UBS, BNP Paribas, dan HSBC, turut menurunkan proyeksi harga minyak mereka, mencerminkan meningkatnya ketidakpastian di pasar global.
Sebagai tanggapan atas tarif AS sebesar 145 persen terhadap barang-barang asal China, pemerintah Beijing memerintahkan maskapai domestik untuk menunda pembelian pesawat baru dari Boeing, mempertegas eskalasi perang dagang antara kedua negara.
Di sisi lain, berdasarkan laporan American Petroleum Institute (API), stok minyak mentah AS mengalami kenaikan sebesar 2,4 juta barel pada pekan yang berakhir 11 April. Namun, stok bensin tercatat turun sebanyak 3 juta barel dan persediaan bahan bakar sulingan berkurang 3,2 juta barel.
Kondisi pasar minyak global saat ini menunjukkan betapa sensitifnya sektor energi terhadap dinamika geopolitik dan kebijakan perdagangan internasional. Pelaku pasar tampaknya masih menanti arah kebijakan lebih lanjut dari Washington dan Beijing yang bisa memperjelas prospek permintaan energi ke depan.(*/edi)