Musim Kemarau Mulai Menyebar, Mei 2025 Titik Peralihan di Wilayah

Impor minyak Timur Tengah. -Foto freepik---

Radarlambar.bacakoran.co – Indonesia mulai memasuki fase awal musim kemarau pada tahun 2025. Berdasarkan proyeksi cuaca nasional, kondisi kering mulai terpantau sejak April dan secara bertahap meluas ke berbagai wilayah pada bulan Mei. Fenomena ini merupakan bagian dari siklus tahunan yang diamati Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dengan puncaknya diperkirakan terjadi pada bulan Agustus.

Memasuki Mei, lebih dari setengah wilayah Indonesia diproyeksikan sudah mulai mengalami peralihan menuju musim kemarau. Hingga akhir Juni, sekitar 403 Zona Musim (ZOM) atau hampir 58 persen wilayah Indonesia diprediksi akan terdampak. Area yang teridentifikasi paling awal merasakan kekeringan antara lain Nusa Tenggara, Jawa bagian timur, dan sebagian Kalimantan.

Jika dilihat dari peta pergerakan musim, wilayah-wilayah seperti Bali dan Papua juga mulai menunjukkan kecenderungan pengurangan curah hujan secara bertahap. Pada bulan April, tercatat sebanyak 115 ZOM telah memasuki musim kemarau. Jumlah tersebut meningkat signifikan seiring pergerakan waktu menuju pertengahan tahun.

Meskipun musim kemarau tahun ini diprediksi meluas secara normal, BMKG memperkirakan durasinya akan lebih singkat jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sekitar 43 persen wilayah Indonesia, atau setara dengan 298 ZOM, diperkirakan akan mengalami musim kemarau yang lebih pendek. Meski singkat, intensitas panas dan kekeringan di beberapa daerah diperkirakan akan cukup tinggi, sehingga masyarakat tetap diminta mewaspadai dampaknya.

Dalam hal curah hujan, sebagian besar wilayah diperkirakan akan mengalami kondisi yang tergolong normal, tidak ekstrem kering maupun basah. Namun, wilayah yang lebih cepat memasuki musim kemarau tetap menghadapi potensi kekeringan, khususnya dalam hal ketersediaan air bersih dan dampak terhadap pertanian.

Dengan tren yang telah dipantau sejak awal tahun, masyarakat diharapkan mulai melakukan langkah antisipatif, termasuk efisiensi penggunaan air dan menjaga ketahanan pangan di tengah musim kering yang mulai menguat. Pemerintah daerah pun diimbau memperkuat kesiapsiagaan terhadap potensi gangguan akibat musim kemarau, khususnya di sektor pertanian dan pasokan air. (*/rinto)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan