Menelusuri Jejak Awal Ditemukannya Kembali Candi Borobudur

Candi Borobudur. foto net--

Radarlambar.bacakoran.co - Candi Borobudur yang menjulang di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, bukan sekadar monumen keagamaan, melainkan mahakarya peradaban yang sempat hilang dalam lipatan sejarah. Dibangun pada abad ke-8 hingga ke-9 Masehi oleh Dinasti Syailendra, candi ini kini dikenal sebagai candi Buddha terbesar di dunia, dan menjadi pusat perayaan Waisak tiap tahunnya.

Setelah masa Hindu-Buddha berakhir di Jawa, Borobudur terkubur oleh abu vulkanik Gunung Merapi dan rimbunnya vegetasi, hingga tak lagi dikenal oleh masyarakat sekitar. Baru pada awal abad ke-19, perhatian terhadap situs ini kembali muncul ketika Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris di Jawa, mendapat kabar mengenai keberadaan struktur batu raksasa di kawasan Magelang.

Pada 1814, Raffles mengutus seorang insinyur untuk menelusuri lokasi tersebut. Sekitar 200 orang dikerahkan untuk membersihkan area candi. Usaha ini membuka kembali lembaran sejarah Borobudur, dan membuat Raffles dikenang sebagai sosok yang "menemukan kembali" candi tersebut.

Namun, menurut sejarawan Peter Carey, catatan tentang Borobudur telah lebih dahulu muncul di masa VOC. Insinyur militer asal Prusia, Carl Friedrich Reimer, diduga telah mencatat keberadaan candi saat melakukan survei benteng di wilayah Hindia Timur pada abad ke-17. Temuan ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang Borobudur sebenarnya tidak benar-benar hilang, hanya tersembunyi dari sorotan resmi.

Pekerjaan konservasi kemudian dilanjutkan oleh Residen Kedu, Hartman, dan pada 1835, struktur utama Borobudur mulai terlihat utuh. Akhir abad ke-19 menjadi masa penting bagi studi arkeologi, dengan dibukanya bagian kaki candi yang menyingkap relief-relief naratif yang memuat kisah ajaran Buddha.

Tercatat, Candi Borobudur memiliki 2.672 panel relief, termasuk 1.460 panel naratif yang menceritakan kisah seperti Karmawibhangga, Lalitawistara, Jataka dan Awadana, serta Gandawyuha. Panel-panel ini disusun dalam jalur melingkar, menggambarkan perjalanan spiritual yang harus dilalui untuk mencapai pencerahan.

Borobudur, dalam keluhuran arsitektur dan pesan moralnya, kini menjadi salah satu warisan budaya dunia yang tak hanya menjadi saksi sejarah, tapi juga sumber inspirasi bagi generasi masa kini.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan