Oksigen di Bumi Akan Habis, Tanda Batas Waktu Kehidupan Semakin Nyata

Belantara hutan Papu. Foto udara dokumentasi Kementerian PUPR RI--

Radarlambar.bacakoran.co – Para ilmuwan memperingatkan bahwa atmosfer Bumi, yang selama ini menjadi fondasi kehidupan, memiliki batas waktu.

Berdasarkan simulasi skala besar yang dikembangkan oleh tim peneliti dari Nexus for Exoplanet System Science dan Toho University, diketahui bahwa dalam kurun sekitar satu miliar tahun ke depan, kandungan oksigen yang menopang kehidupan akan benar-benar lenyap.

Fenomena ini berkaitan langsung dengan proses alami yang terjadi pada bintang induk Bumi, yaitu Matahari. Seiring waktu, suhu Matahari meningkat, yang akan memicu perubahan dalam komposisi atmosfer. Salah satu dampaknya adalah berkurangnya karbon dioksida secara drastis akibat kerusakan molekul oleh panas berlebih. Tanpa cukup karbon dioksida, tanaman tidak akan mampu menjalankan fotosintesis, dan produksi oksigen pun terhenti.

Kondisi tersebut akan mengubah wajah Bumi secara drastis. Planet yang kini subur dan penuh kehidupan, perlahan akan kembali menyerupai bentuk awalnya—sebuah batu panas dan tandus. Ketika oksigen menghilang, hampir seluruh bentuk kehidupan kompleks akan punah. Manusia, hewan, dan tumbuhan tidak dapat bertahan tanpa oksigen. Selain itu, struktur bangunan akan kehilangan kestabilannya karena oksigen juga merupakan komponen penting dalam berbagai senyawa seperti beton.

Kehilangan oksigen bukan hanya berdampak pada kehidupan biologis, tetapi juga pada perlindungan alami terhadap radiasi. Lapisan ozon yang bergantung pada keberadaan oksigen akan menghilang, menyebabkan paparan langsung sinar ultraviolet dari Matahari ke permukaan Bumi. Permukaan planet akan terbakar dan tidak lagi bisa mendukung kehidupan.

Sebaliknya, organisme anaerob yang tidak membutuhkan oksigen diperkirakan akan mendominasi. Proses-proses biogeokimia seperti respirasi dan fotosintesis turut memainkan peran penting dalam skenario ini. Begitu siklus ini terganggu, perubahan akan berjalan sangat cepat. Dalam jangka waktu sepuluh ribu tahun sejak awal penurunan, oksigen diperkirakan akan menghilang sepenuhnya dan tidak dapat dipulihkan.

Meskipun ancaman ini tidak terjadi dalam waktu dekat, temuan tersebut menjadi pengingat bahwa keberlangsungan hidup sangat bergantung pada keseimbangan unsur-unsur dasar yang rapuh. Kehidupan di Bumi bukan sesuatu yang permanen, dan setiap perubahan pada bintang induknya dapat memicu konsekuensi besar dalam jangka panjang.

Lebih jauh, temuan ini memberikan wawasan baru tentang pentingnya memahami kondisi atmosfer planet lain. Pertanyaan tentang seberapa lama suatu planet bisa menopang kehidupan menjadi semakin relevan, terutama dalam konteks pencarian dunia layak huni di luar tata surya.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan