Waspadai Konsumsi Gula Berlebih, Ini Tanda-Tanda yang Tak Boleh Diabaikan

Mengenal Tes HbA1c jejak Rekam Gula Darah Selama 3 Bulan. - Foto Freepik--
Radarlambar.bacakoran.co- Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah menetapkan batas aman konsumsi gula harian, yakni maksimal 50 gram atau sekitar empat sendok makan.
Ketentuan ini tercantum dalam Permenkes Nomor 30 Tahun 2013. Namun, dalam praktiknya, banyak masyarakat yang tanpa sadar melampaui ambang batas tersebut, memicu berbagai gangguan kesehatan yang kadang luput dikenali sejak dini.
Kelebihan gula dalam tubuh dapat menimbulkan gejala yang beragam, mulai dari rasa haus berlebihan, sering buang air kecil, mudah lapar namun justru mengalami penurunan berat badan, hingga kelelahan kronis. Di balik gejala-gejala tersebut, tubuh sebenarnya tengah memberi sinyal bahwa sistem metabolisme tidak berjalan normal, khususnya dalam pengelolaan glukosa.
Kondisi ini juga dapat berdampak pada penglihatan. Lensa mata yang membengkak akibat kelebihan cairan bisa menyebabkan pandangan menjadi kabur. Gangguan lain yang sering muncul adalah sakit kepala yang berulang dan luka pada kulit yang lambat sembuh karena sirkulasi darah terganggu. Dalam kasus tertentu, luka yang tak kunjung sembuh bahkan bisa berujung pada amputasi, terutama pada penderita diabetes.
Tak hanya itu, kelebihan gula darah juga berdampak pada sistem saraf. Kesemutan di tangan dan kaki, atau bahkan mati rasa, dapat terjadi akibat neuropati diabetik. Gejala ini biasanya lebih terasa saat malam hari. Sementara itu, perubahan pada kulit seperti penebalan dan penggelapan di beberapa bagian tubuh juga menjadi indikator awal resistensi insulin.
Dampak lanjutan lainnya adalah meningkatnya risiko infeksi jamur, khususnya di area genital. Kadar glukosa yang tinggi menciptakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan jamur candida. Gejala yang umum muncul di antaranya rasa gatal, nyeri, dan keputihan tidak normal.
Kesadaran terhadap tanda-tanda ini menjadi sangat penting agar masyarakat dapat mengambil langkah pencegahan sejak dini. Dengan memahami sinyal tubuh, menjaga pola makan, serta mengontrol asupan gula, risiko komplikasi serius dapat dihindari. Pendekatan ini sejalan dengan upaya preventif dalam menjaga kualitas hidup yang sehat dan seimbang.(*)