Ketegangan di Garis Kontrol India-Pakistan: Antara Perdamaian Rapuh dan Konflik Berkepanjangan

India dan Pakistan. Foto/net--
Radarlabar.bacakoran.co -Garis Kontrol (Line of Control/LoC) yang membentang di antara India dan Pakistan terus menjadi titik rawan ketegangan yang sulit teratasi. Wilayah ini menyimpan sejarah konflik berkepanjangan, di mana kehidupan warga di sekitar perbatasan harus selalu dalam kondisi siaga menghadapi kemungkinan bentrokan.
Ketegangan terbaru bermula dari serangan di Pahalgam yang semakin memperburuk hubungan kedua negara. Suara tembakan silang menghancurkan rumah dan infrastruktur, membuat warga hidup dalam ketidakpastian. Jumlah korban jiwa dikabarkan mencapai puluhan di kedua belah pihak, meskipun angka pastinya belum dapat dipastikan secara pasti.
LoC sendiri merupakan hasil dari garis gencatan senjata pasca perang India-Pakistan tahun 1949, yang kemudian disepakati dalam Perjanjian Simla pada 1972. Garis ini memisahkan wilayah Kashmir yang menjadi sumber sengketa dan dikenal sebagai salah satu perbatasan paling termiliterisasi di dunia.
Konflik di LoC melibatkan berbagai jenis pelanggaran gencatan senjata, mulai dari penembakan hingga operasi militer skala kecil. Pakar kebijakan luar negeri menilai bahwa LoC adalah simbol konflik berdarah yang dibuat tanpa memperhatikan nasib warga Kashmir yang tinggal di kawasan tersebut.
Sejak gencatan senjata tahun 2021, ketegangan sempat menurun namun kembali meningkat akibat serangan terbaru. Konflik ini juga berdampak pada hubungan diplomatik, seperti penangguhan Perjanjian Perairan Indus oleh India dan ancaman Pakistan untuk keluar dari Perjanjian Simla.
Pelanggaran gencatan senjata dengan senjata berat oleh dua negara yang sama-sama memiliki senjata nuklir ini menjadi paradoks yang kurang mendapat perhatian serius dari dunia akademis dan pembuat kebijakan. Kondisi ini membuat ribuan warga perbatasan terpaksa mengungsi, meninggalkan rumah mereka demi keselamatan.
Situasi di LoC menjadi gambaran nyata betapa rapuhnya perdamaian di kawasan yang sarat konflik, dengan harapan agar kedua negara dapat menemukan solusi damai demi kesejahteraan warga yang terdampak. (*)